Kamis, 30 Juli 2015

Tentang Perasaan

Tentang Perasaan
Oleh : M. Ginanjar Eka Arli

Biarkan angin berembus dalam hening malam ini
Hingga ia sampai dan membelai lembut wajahmu
Maka dengarlah bisiknya lirih di kuping kananmu
Tentang aku, tentang perasaanku. dan tentang perjuanganku

Tunggulah aku di batas waktu, sayangku...

Dalam rindu, 30 - 7 - 15

Rabu, 29 Juli 2015

Senandung Al-Qur'an di Bulan Ramadhan

Senandung Al-Qur'an di Bulan Ramadhan
Oleh : M. Ginanjar Eka Arli

             “Bro, gue pinjem novel dong....”

            Aku memalingkan wajah kepada Andre, teman sekelas yang sedang bertamu ke kosanku. “Novel apa, Bray? Cari aja tuh di pojokan situ...,” tunjukku ke salah satu sudut ruangan.

            “Novel terbaru J.K. Rowling, Bro...,” ucapnya sambil mencari sebuah buku di tempat yang aku tunjuk. “Oh, iya ini ada. Makasih, Bro. Hehe. Lo udah selesai bacanya?”

            “Sama-sama, Bray. Udah khatam kok buku yang itu mah. Silahkan kalau mau dipinjam.” Balasku.

            “Sip.. Hehe. Oh iya, kalau Al-Qur’an lo ada, Bro?”

            “Ha..?” Aku terlonjak mendengar kata-katanya.

            “Iyee, Al-Qur’an. Lo punya, Bro?” tanyanya kembali.

            Kutegakkan badan dan menatap tajam matanya. “Maksud gue, lo kenapa nanya itu?”

            Dia menatap balik mataku dan menarik napas sejenak sebelum menjawab pertanyaanku. “Besok nyokap gue mau inspeksi ke kosan, Bro. Setidaknya, gue bisa keliatan ngaji atau ngapain gitu selama dia disini. Gitu, Bro.”

            “Terus, lo kenapa gak beli aja, Bray?” tanyaku menyelidik.

            “Mahal, Bro.. gue sekarang lagi nabung buat beli game PC yang baru. Sayang duitnya.. Lo bisa kan bantu gue, Bro?” pintanya sedikit memelas.

            “Hmm,” aku berpikir sejenak. “Sebentar ya, gue coba cari dulu.”

            Aku mulai beranjak dari tempat tidurku dan menelusuri kamar yang seperti kapal pecah ini. Buku-buku yang telah selesai kubaca berserakan dimana-mana, mulai dari komik, novel, dan lain sebagainya. Setelah beberapa saat, akhirnya aku menemukan juga Al-Qur’an yang ingin dipinjam sahabat karibku. Ternyata benda tersebut ada di bawah kolong kasurku, kusam dan berdebu.

            “Gile lu, Bro. Udah berapa juta tahun cahaya nih Qur’an nginep disitu??” Tanyanya heran.

            “Hmm.. dari semenjak gue pindah kesini deh kayaknya.” Ucapku ragu-ragu.

            “Buset dah.. itu kan empat tahun yang lalu? Jadi.. selama empat tahun ini lo nggak pernah baca Qur’an??”

            “Kayak lo pernah baca aja, Bray.” Jawabku santai.

            “Yee, setidaknya gue terakhir baca Qur’an bulan kemarin pas om gue meninggal. Yasinan, bro. Hehe,” ujarnya sambil nyengir kuda.

            “Sama aja kalee.. Huu,” ejekku sambil mencubitnya.

            “Haha.. yaudah, gue pinjem dulu ya, Bro, Qur’annya.”

            “Eh.. eh, iya hati-hati ya. Jangan sampe rusak itu bukunya.”

            “Qur’an maksud kamu?”

            “Bukan, novelnya. Hehe.”

            “Iyee.. Iyee..,” jawabnya sambil lalu.

***

            “Dunia sekarang udah nggak bener ya, Bang,” komentarku tiba-tiba.

            Berita di layar kaca siang itu kembali menampilkan berbagai kriminalitas di negeri ini. Topik tentang korupsi, tawuran, dan lainnya seakan bosan untuk dikritisi. Para pembeli warung makan di ujung pasar ini asik dengan makanannya masing-masing. Seperti tidak perduli akan untaian kasus yang terus berganti di televisi.

            “Saya mah udah nggak heran, Mas..,” sahut pemilik warung makan tersebut.

            “Lho, kenapa gitu, Bang?” tanyaku heran.

            “Iya.. itu kan karena mereka yang gak ngerti bahwa hidup itu untuk apa..,” jawabnya. “Seperti kita ketika memakai handphone baru, kalo Mas gak ngerti cara pakainya rusaklah handphone itu.”

            Gerakan tangan pemilik warung tersebut semakin cekatan mengambil lauk-lauk yang aku pesan, sembari menjawab pertanyaan-pertanyaan yang juga aku sodorkan.

            “Orang sama handphone beda kali, Bang.. Gak bisa disamain.”

            Ia menatapku kembali sembari berkata, “Sama lah, Mas.. kita hidup sekarang karena dikasih nyawa dari Allah. Pasti untuk dimaksimalin fungsinya kan? Selama masih dikasih kesempatan tentunya.”

            “Hmm....” Aku mencoba mencerna jawaban dari pemilik warung makan tersebut. “Mungkin mereka gak ada yang ngebimbing kali, Bang.”

            “Kitanya yang nggak mau dibimbing, Mas.” Jawab pemilik warung nasi tersebut dengan tersenyum. “Allah itu baik, lho. Kita dikasih buku panduan untuk menjalani hidup. Tapi, kitanya juga yang nggak mau baca.”

            Aku terbengong kembali mendengar pernyataan darinya.

            “Al-Qur’an.” Jawabnya singkat sambil menyerahkan sebungkus nasi yang kupesan. Kuambil nasi tersebut, membayarnya, dan segera angkat kaki dari tempat tersebut sambil memikirkan perbincangan barusan. Tentang manusia, Allah, dan Al-Qur’an.

***

            Senandung Al-Qur’an mulai bergema di seluruh penjuru negeri. Ritual yang selalu dilakukan setiap tahun menjelang tibanya bulan suci Ramadhan. Perlahan tapi pasti masjid-masjid pun kian bertambah penghuninya, dari musafir hingga orang yang niat beri’tikaf di tempat tersebut.

            Entah kenapa buku-buku yang sedang kubaca kini terasa hambar, baik komik maupun novel. Untuk menghilangkan penat, aku berencana bertemu dengan Andre di suatu warung bakso dekat kampus. Pukul 13.00 selepas kuliah, ia berjanji menemuiku disana.

            “Woy, Nanda. Kenapa lo?” Tegurnya ketika melihat aku sedang termenung dengan semangkuk bakso di hadapanku.

            “Galau gue...,” jawabku singkat.

            Ia terkejut mendengar jawabanku. “Galau kenapa lo? Mikirin gue ya?” candanya.

            “Enak aja, lo. Ngapain juga gue mikirin lo...,” balasku. “Eh iya, ngomong-ngomong.. Itu.. Qur’an gue masih ada?”

            “Oh iya, gue lupa. Bentar, kebetulan gue bawa barangnya....”

            Ia pun mencari sesuatu di dalam tasnya dan beberapa saat kemudian mengeluarkan benda mungil bersampul hitam. Ya, benda itu adalah Al-Qur’an terjemahan yang kemarin gue pinjamkan ke dia.

“Makasih ya, Bro.”

            “Oke, no problem.” Jawabku. “Kalo gitu gue langsung cabut ya, mau namatin ini,” sambil menunjuk Al-Qur’an yang tadi ia berikan. Sedetik kemudian aku langsung berdiri dan meninggalkan Andre sendirian dengan mangkuk bakso di hadapannya. Wajahnya terheran-heran menyaksikan diriku yang perlahan pergi menjauh dari warung bakso tersebut dengan membawa Al-Qur’an di genggamanku. Sungguh pemandangan yang tidak biasa.

***

            “Ya Allah, tolong tunjukkanlah kenapa saya harus membaca buku ini.” Pintaku di tengah masjid dekat kosanku. Tengah hari itu masjid sedang sepi, hanya ada aku sendirian dan Al-Qur’anku yang berada di shaf terdepan. Dengan segenap keikhlaskan, kubuka sembarang halaman di kitab yang telah dikembalikan oleh Andre tersebut. Adapun ayat pertama yang kulihat memiliki arti sebagai berikut.

            Sungguh, Kami telah mendatangkan Kitab (Al-Qur’an) kepada mereka, yang Kami jelaskan atas dasar pengetahuan, sebagai petunjuk dan rahmat bagi orang-orang yang beriman. (Q.S. Al-A’raf: 52)

            Kumaknai dalam-dalam maksud ayat tersebut, dan kucerna baik-baik setiap kata demi kata yang tertera disana. Ya Allah, inikah petunjuk dari-Mu? Maka dengan segenap keyakinan, ku-azzam-kan diri untuk men-khatam-kan Al-Qur’an selama bulan Ramadhan ini. Bismillah, La Haula wala quwwata illa billah.

***

            Hari demi hari silih berganti, selama itu pula kubuka lembaran demi lembaran kitab suci Al-Qur’an-ku. Ayat demi ayat kutelusuri dan kata demi kata kucerna dalam-dalam. Tak terasa, akhir ramadhan kian dekat. Setiap orang berlomba-lomba untuk men-khatam­-kan kitab tersebut sebanyak-banyaknya, menabung amal sembari berharap menjemput malam Lailatul Qadar. Begitupun diriku, kian bersemangat menyelesaikan membaca Al-Qur’an dengan berbagai orang yang senantiasa beribadah di sampingku. Dimanapun aku berada, dan kemanapun aku pergi, Al-Qur’an selalu berada di dalam genggamanku.

            “Bro, lo dimana?” tanyaku pada Andre suatu ketika.

             “Lagi di jalan nih. Kenapa, Bro?” jawab Andre melalui handphone-nya.

            “Ke kosan gue ya sekarang. Penting.”

            “Yaelah. Entar aja ya? Gue mau ketemu cewek gue dulu nih,” elaknya.

            “Udah kesini aja.. ntar gue traktir main game sepuas lo deh,” tawarku.

            “Hah? Serius lo?”

            “Iya, serius gue. Langsung kesini ya, gue tunggu.”

            “Oke, oke. Gue meluncur kesana.. tunggu sebentar ya.” Tutupnya di akhir pembicaraan.

            Setelah beberapa lama, akhirnya Andre pun sampai di kamar kosanku. Ia terkejut melihat ruanganku yang jauh berbeda dari terakhir kali kedatangannya. Kali ini kamarku sangat bersih dan rapih. Tidak ada lagi buku-buku yang berceceran di kasur dan berbagai poster yang aku tempel di dinding. Hanya ruangan putih dengan kasur di tengah-tengah kamar.

            “Lo kenapa bro? Bersih banget nih kamarnya..,” tanyanya heran.

            Aku tersenyum kepadanya dan berkata, “Kita ini goblok, Bro.”

            “Lho..? Goblok jangan ngajak-ngajak dong, Bro. Sendirian aja sono!” hardiknya tidak terima.

            Aku tersenyum kembali kepadanya, “Maksud gue, kita sudah diperbodoh oleh lingkungan. Selama dua puluh tahun gue hidup, baru kali ini gue ngerasa jadi orang paling bodoh.. paling goblok, Bro!”

            Ia masih menatapku heran. “Lo kenapa sih, Bro? Abis keracunan makan gorengan pake plastik ya semalem?”

            Aku tidak menjawab pertanyaannya dan mengambil Al-Qur’an yang ada di hadapanku. “Gue abis namatin ini semalem.. lo tau dalemnya apaan?” tanyaku.

            “Apaan sih? Bahasa arab lah..”

            Aku tersenyum. “Ya, betul. Tapi poinnya bukan itu.”

            Kutarik napas sejenak sebelum melanjutkan. “Gue baca buku ini, arti dari ayat ke ayat.. seru banget, Bro. Ngalahin semua komik dan novel yang pernah gue baca sebelumnya! Ada cerita nabi dan rasul, kisah orang-orang saleh, ilmu pengetahuan, antariksa, bahkan ilmu antar manusia dan ilmu ekonomi dagang juga ada, Bro! Keren kan? Pasti lo belum tau....”

            “Yang bener, Bro?” tanyanya sambil terangguk-angguk.

            “Kalau lo baca buku ini, lo gak perlu baca buku motivasi buat hidup lo sendiri. All in one! Semuanya udah termasuk di dalam sini.”

            “Ilmu tentang jodoh ada nggak?” tanyanya kembali dengan nada penasaran.         

            “Ada, Bro!” jawabku yang menyebabkan mukanya tambah terheran-heran. “Mulai sekarang, gue udah ketagihan baca buku ini, Men. Baca Qur’an! Kalo misalkan gue baca nih buku, rasanya semua energi negatif dalam diri gue hilang dan berubah menjadi positif!”

            “Beneran lo, Bro? Mau dong gue pinjem bukunya!” pintanya sambil mencoba meraih Al-Qur’an dari tanganku.

            “Eits, enak aja mau pinjem.. beli dong, Bro!” elakku.

            Ia terbengong seketika sembari menatapku. “Tapi, kan....”

            “Tapi apa?” sambarku seketika. “Kan tadi gue janjiin lo buat traktir maen game. Nah, duit lo nanti dipake buat beli Qur’an. Gitu maksud gue!”

            “Yaelah.. segitunya lo, Bro....”

            “Segitunya apa?” tantangku kepadanya. “Berdasarkan Qur’an, sebagai umat Islam itu kita bersaudara. Wajib mengingatkan dalam kebaikan, fastabiqul khairat! Berlomba-lomba dalam kebaikan. Gitu lho maksud gue!”

            Andre menutup mukanya dengan sebelah tangannya. Sembari tertawa, setitik air mata turun dari mata beningnya. “Hah, sial lo, Bro. Jadi terjebak dalam kebaikan gini gue....”

            “Hehe, jangan nangis, Bro. Hidayah itu bisa datang kapan saja dan dimana saja. Mumpung lagi bulan Ramadhan juga, sudah saatnya kita untuk terus menambah amal kebaikan dan timbangan untuk bekal di akhirat nanti.” Tutupku.

            Maka hari itu kami berdua berjanji untuk ber-fastabiqul khairat dan mendalami Al-Qur’an. Kami berencana mengikuti program penghapal Qur’an dan menjadi seorang penjaga (tahfidz) Qur’an. Bersama dengan senandung Al-Qur’an di bulan Ramadhan ini, nada dan irama dalam hidup kami pun telah berubah. Berubah menjadi lebih baik dalam mendekatkan diri pada Ilahi Rabbi. Insya Allah.[]

Bekasi, 15 Juli 2015

================================================================

Cerpen ini diadaptasi dari film pendek "Anti Qur'an" yang digawangi oleh WANT Production. Cerpen ini juga pernah diikutsertakan juga dalam lomba di blog kalam.upi.edu. Semoga cerpen ini bermanfaat bagi pembaca maupun penulisnya, aamiin :)

@agi_eka 

Selasa, 21 Juli 2015

Dapet Duit dari Upload Foto, Mau?

Toyota Family Challenge #1

Awalnya gue sih cuma mau iseng" aja blogwalking ke blognya mbak AnisaAE Kepompong, kepo" masalah job review yang lagi rame diomongin di facebooknya. Eh, gak sengaja ngeliat sebuah info yang dulu juga pernah di share sama kang Ali Muakhir. Info apaan ntu?

#1. Info ini khusus untuk pengguna media sosial yang Narsis
Kenapa gitu? Karena ada sebuah tantangan untuk kalian yang mau mengorbankan sedikit waktunya mengupload kenarsisan kalian :)

#2. Info ini akan sangat berguna, terutama untuk para anak kosan
Karena eh karena, cuma dengan mengupload foto ke media sosial, kalian akan mendapatkan uang secara cuma-cuma. Hari ini gratisan, emang ada? Ada dong. Cuma di Toyota Family Challenge! :D

Caranya gimana?

Berikut langkah-langkah yang harus kalian lakukan, step by step :)

Pertama, like fanspage Avanza Nation. Linknya di https://www.facebook.com/avanzanation.

Selanjutnya registrasi di http://toyota.astra.co.id/familychallenge/ melalui facebook atau twitter, dan upload foto terbaikmu beserta keluarga. Cek aja di tab pada sebelah kanan atas browser, ikuti langkah-langkah yang disediakan, pilih template yang kalian suka, dan upload foto yang baru kalian buat ke media sosial kalian.

Toyota Family Challenge #2

Jangan lupa di status update kalian tuliskan keterangan tentang fotomu. Tuliskan "Saya membalas tantangan ... dan menantang ... ." Jangan lupa 2 taggar #ToyotaFamilyChallenge dan #FunPhotoToyota.

Kurang lebih, silahkan lihat postingan gue di sini :)

Kedua, nah ini yang paling penting. Kalian langsung submit link foto ke IDFB (http://indonesianfoodblogger.com/post/page/3710/toyota_family_challenge.html). Harus login dulu ke IDFB agar bisa melihat submit di bawah keterangannya yaa! :)

Jika sudah sumbit, maka kirim email konfirmasi ke indonesianfoodblogger@yahoo.co.id dengan Subject : Toyota Family Challenge dengan menyebutkan : Nama, Url postingan dan no. HP. Ini WAJIB lho, untuk pencairan uangnya :)

Nah, katanya sih fee akan dibayarkan maksimal 1 bulan setelah deadline. Kalo semua sudah dilakukan, tinggal menunggu dhe :)

Gampang kand? Hayuk dicoba dan share juga info ini ke teman"mu yang lain.. Berbagi rejeki mumpung lagi lebaran nih.. Hehe

Semoga bermanfaat ^_^

@agi_eka

Minggu, 19 Juli 2015

Apa yang Harus Saya Tulis?

Mungkin teman-teman sudah tidak asing lagi dengan ungkapan, "Tuliskan apa yang kamu pikirkan (proses menulis) dan pikirkan apa yang kamu tuliskan (proses editing)."

Namun terkadang ada beberapa orang yang bingung tentang karya apa yang harus dibuatnya?

"Ide sudah ada, lantas apakah saya harus membuat sebuah cerpen, puisi, novel, ataukah karya lainnya?" Begitulah pertanyaan yang selalu terngiang-ngiang di kepala seorang penulis mula.

Jawabannya hanya satu: Sesuaikanlah dengan hal yang ingin kamu sampaikan.

Masing-masing karya memiliki kelebihan dan kekurangannya tersendiri. Misalkan cerpen, ia memiliki kekuatan pada latar dan pensuasanaan. Semakin detail sebuah cerpen maka semakin baiklah ia karena akan memberikan gambaran yang kuat kepada pembacanya.

Lain halnya dengan puisi, ia tidak banyak berkata tapi bermain lebih ke diksi (pemilihan kata). Semakin kuat diksi yang dipakai, semakin baiklah ia karena menggambarkan kekuatan "karakter" sang penulisnya.

Jadi kembali lagi, apa yang ingin kamu sampaikan sekarang? Sesuaikanlah hal tersebut dengan media yang akan kamu gunakan. Ketika dua hal tersebut sinkron, niscaya kamu akan lebih mudah dalam membuat suatu karya. Trust me, it works! :D

Selamat berkarya semuanyaa.. Semoga tulisan singkat ini bisa menginspirasi dan mengatasi kegundahan dalam hati kalian yaa ;)

@agi_eka

Rabu, 15 Juli 2015

Tips Meningkatkan Peluang Keberhasilan Karya dalam Event

[Tips Meningkatkan Peluang Keberhasilan Karya dalam Event]

Banyak penulis kerap kali merasa minder saat hendak mengirimkan karyanya.. Kebanyakan dari kita selalu berpikiran seperti ini:

"Ah, kang.. Ini baru karya pertama saya lho.. Emang penerbit ada yang mau nerima ya?"

"Kang, kyknya karya buatan saya masih jelek deh.. Pasti gak bakalan lolos nih klo diikutsertakan di event."

Guys, percayalah sebenarnya ketika itu pikiran kitalah yang sedang mempermainkan diri kita sendiri. Meskipun kita masih pemula, itu karya pertama kita, dan sebagainya, tetaplah semua itu memiliki peluang menang! Yah meskipun sepahit"nya cuma 0,01% pun.. Peluang tetap peluang bukan? XD

Yang membuat peluang kita benar" 0%, adalah ketika kita tidak mengirimkan karya ke suatu
event/penerbit. Hal inilah yang harus benar" kita cermati.

So, untuk penulis pemula, ada beberapa tips agar naskahmu memiliki peluang lolos yang tinggi dalam suatu event atau penerbit.

#1. Perhatikan Persyaratan.
Untuk event, biasanya selalu ada ketentuan khusus. Misalkan tema, panjang naskah, margin, deadline pengumpulan karya, teknis pengiriman, dsb.

Pun demikian untuk penerbitan, berkas" yang perlu disiapkan, tata cara pemasukan naskah, dan hal penting lainnya. Perhatikanlah dengan baik", ikuti aturan main yang ada, mudah-mudahan proses selanjutnya menjadi lancar ;)

#2. Lihat Ideologi Penerbit.
Biasanya, masing" penerbitan memiliki ciri khas tersendiri, baik indie maupun mayor. Contoh: penerbit Bukune banyak mengambil tema humor dan komedi, penerbit Quanta adalah cabang gramedia yang fokus di buku" islami, kemudian Republika, Bentang Pustaka, Plot Point, semuanya memiliki ciri khasnya tersendiri. Silahkan perhatikan baik" ya, jangan sampai salah memasukkan karyamu! :D

Nah klo untuk penerbit indie, biasanya sih korektornya gak banyak *setau saya. Dan event yg d angkat pun kebanyakan bertemakan cinta, religi, dll. Jadi selama point nomor 1 terpenuhi dan dari tema serta bahasa udh ckup rapih dan memenuhi kriteria, niscaya peluang lolos dan menangmu akan semakin tinggi :)

#3. Minta Pendapat Ahli.
Cara ketiga ini bisa cukup efektif untuk para pemula. Pasalnya, sebelum kita mengirimkan karya sebaiknya mintalah kritik dan saran kepada sahabat kita yang memiliki ilmu lebih di bidang kepenulisan. Koreksi"nya dapat menjadi pembelajaran bagi kita dan karya kita pun dapat semakin ditingkatkan kualitasnya. Alhasil, peluang meraih juara pun akan semakin tinggi seiring dengan usaha kita memperbaiki naskah tsb :)

Well, mungkin itu dulu sedikit sharing pagi ini. Bulan baru harus memiliki semangat baru yaa XD
Mumpung lg masa" libur panjang, mgkn bsa dipake untuk ngebuat program menulis juga seperti SMS (Sehari Menulis Sehalaman), ‪#‎OneDayOnePage‬, ‪#‎OneDayOnePost‬, ‪#‎OneDayOnePoem‬, dst.

Mudah"an waktu kita jg bisa lebih produktif yaa dan bulan ini qta bisa menelurkan minimal satu karya ;)

Have a nice day semuanya~
@agi_eka

Bandel

Dimanapun kita berada, yang paling susah adalah istikamah dalam menjalankan sesuatu. Ya, istikamah atau yang ajeg yang diartikan dalam KBBI sebagai sikap teguh pendirian dan selalu konsekuen, merupakan hal yang memiliki tantangan tersendiri. Bahkan dalam salah satu haditsnya, Rasulullah Saw. juga menyampaikan bahwa amalan yang kecil tapi istikamah lebih besar pahalanya dibandingkan amalan yang besar tapi jarang dilakukan.

Ketika dihadapi dengan situasi nyata, biasanya hal ini terjadi ketika kita memasuki suatu komunitas. Misalkan ketika bergabung dalam komunitas menulis, kita diminta untuk rutin membaca dan menulis setiap hari. Alhasil, seleksi alam akan berlaku. Orang yang benar-benar serius ingin menjadi penulis akan menjalaninya dengan senang hati. Sementara di sisi lain, yang masih memiliki niat setengah hati akan gugur dengan sendirinya. Pun begitu dengan yang lainnya, termasuk komunitas One Day One Juz (ODOJ).

Sahabat ODOJ (15/7)
ODOJ merupakan salah satu komunitas pembaca Quran yang mewajibkan anggotanya untuk membaca Alquran minimal satu juz/hari. Dalam membaca quran ini memang diperlukan azzam yang kuat, ghirah yang tinggi, dan juga sahabat yang saling mengingatkan serta menguatkan. Hal ini sangat gue rasakan ketika bergabung dalam salah satu grup ODOJ yakni grup #899.

Pada awalnya gue bergabung dalam komunitas ini untuk menjaga amalan gue, terutama dalam membaca Alquran. Awal"nya terasa mudah, dalam arti gue masih banyak waktu luang, kesibukan belum terlalu tinggi, tugas gak terlalu banyak, dan sebagainya. Namun seiring berjalannya waktu, gue mulai sedikit terbebani dengan aktivitas ini. Kadang laporan sering telat sampe tengah malem, bahkan gue bela"in i'tikaf di masjid hanya demi mengejar targetan juz.

Sempat terbersit untuk berhenti, gue ngerasa malu, yang lain bisa berhasil sampai berjuz-juz, bahkan di bulan Ramadhan ini mungkin ada yang khatam Quran sampai beberapa kali. Kalau dibandingkan dengan gue? Gak ada apa-apanya. Gue ngerasa jadi anak yang paling 'bandel' disini. Laporan telat, kadang ditanya gak dijawab, dan sebagainya. Gue malu dengan yang lain, apalagi sama admin grupnya, akh Rizal dan akh Yudi.

Namun, apa yang gue dapatkan kemudian? Meski gue takut dikucilkan, ternyata sebagai admin akh Rizal dan akh Yudi gak pernah menjauhi dan membedakan gue dengan anggota lainnya. Mereka dengan sabar terus menasihati dan memberikan gue semangat untuk terus istikamah sebagai anggota ODOJ. Jujur, gue terharu. Baru kali ini gue ngerasa dihargai di suatu komunitas seperti ini.

Dan kata-kata yang paling 'to the jleb' dari akh Yudi adalah sebagai berikut. Ketika gue ngerasa minder dan bilang 'rasanya pengen keluar', balasan dari beliau justru:

"Kalo memang udah bisa mandiri, justru orang gak perlu lagi ikut komunitas. Futur itu biasa kok, justru adanya komunitas ini memang supaya kita bisa saling mengingatkan dan belajar istikamah."

Sumpah, gue pengen nangis. #Lebay.

Tapi, pelajaran yang gue dapet hari ini, bahwa sekecil apapun komunitas, sebandel apapun anggota, kita harus tetap istikamah, memperjuangkan, dan saling mengayomi satu sama lain. Alhasil, anggota yang paling bandel sekalipun bisa jadi nantinya berubah, aktif berkontribusi, dan menjadi salah satu pentolan organisasi selanjutnya. Trust me, it works.

Gue yang ngerasain itu, ketika di Al-Qolam, pas di ODOJ, saat di Tutorial, hingga di BEM Himatika. Kali ini gue juga akan mencoba menerapkannya di komunitas menulis yang gue pegang. Kita serahkan saja semuanya pada Ilahi Rabbi, jika niat kita baik insya Allah jalannya akan dimudahkan. Mohon doanya ya semuanya, semoga kita bisa istikamah menjalankan amanah yang sedang kita emban sekarang ^_^ aamiin

Salam hangat dan selamat mempersiapkan buka puasa ;)

@agi_eka