Bermain
Game, Kenapa Tidak?
Oleh: Mochammad
Ginanjar Eka Arli*
Dewasa kini, Indonesia dikatakan sedang
mengalami krisis pendidikan karakter. Betapa tidak, hampir setiap harinya kita
menemui berita-berita kenakalan remaja, penyimpangan seksual, korupsi, pencurian,
dan kriminalitas lainnya di layar kaca kita. Lebih menyedihkan lagi bahwa
pejabat negara kita pun ikut ambil andil dalam kasus tersebut. Dunia pun
akhirnya menyematkan predikat “Salah satu negara terkorup di dunia” bagi
Indonesia akibat tindakannya tersebut.
Dalam
mengatasi pelbagai permasalahan diatas, akhirnya pemerintah mengeluarkan
kebijakan baru yaitu dengan menerapkan kurikulum 2013 sebagai acuan pengajaran
di seluruh Indonesia. Kurikulum 2013 merupakan sebuah kurikulum yang mengutamakan
pemahaman, skill, dan pendidikan
berkarakter bagi para siswanya. Dalam kurikulum ini, siswa dituntut untuk paham
atas materi, aktif dalam berdiskusi dan presentasi, serta memiliki sopan santun
yang tinggi. Tiga hal penting yang dinilai dalam kurikulum ini meliputi
pengetahuan, keterampilan, dan sikap.
Secara konseptual, pendidikan
karakter dalam kurikulum 2013 mengutamakan proses pendidikan formal oleh guru di
sekolah, kemudian didukung pendidikan informal oleh orang tua di rumah. Proses
pendidikan informal disini dapat berupa pendidikan sikap, agama, dan ilmu
pengetahuan yang diajarkan melalui tauladan ataupun nasihat. Salah satu media
yang dapat digunakan oleh orang tua untuk mengajarkan pendidikan karakter bagi
anaknya yaitu game.
Secara
istilah, game atau permainan berarti barang atau sesuatu yang dipermainkan. Bagi anak-anak,
barang yang dapat digunakan sebagai game dapat
beraneka ragam, mulai dari bola sepak, kelereng, boneka, puzzle, playstation,
hingga game online. Pada dasarnya,
tidak setiap orang tua menyukai anak-anaknya yang gemar bermain game setiap harinya. Padahal, game pun memiliki sisi positif bagi
anak-anak. Salah satu manfaat yang bisa didapatkan dari bermain game adalah sebagai berikut.
- Game mengembangkan kreativitas anak
Menurut Prof. Dr. Utami Munandar, kreativitas dapat diartikan sebagai
ungkapan (ekspresi) dari keunikan individu dalam interaksi dengan
lingkungannya. Kreativitas juga menunjukkan kemampuan seseorang untuk
berinovasi atau menciptakan sesuatu yang baru. Bagi anak-anak, kreativitas bisa
dimunculkan melalui kegiatan bermainnya. Permainan edukatif berupa catur, sudoku, ataupun rubik’s cube merupakan salah satu contoh media pengembangan
kreativitas anak. Melalui permainan tersebut, anak dilatih untuk memecahkan
permasalahan dengan menggunakan cara-cara yang unik dan jitu. Dengan begitu,
kreativitas anak dapat terasah dan anak mampu untuk berfikir kreatif dan
inovatif.
- Game meningkatkan otak kanan.
Secara umum,
otak manusia dibagi menjadi dua bagian yaitu otak kiri dan otak kanan.
Penelitian telah menunjukkan bahwa otak kanan adalah dimana berpikir kreatif
dan intuitif berawal, sedangkan otak kiri lebih berkontribusi terhadap
pemikiran logis atau penalaran matematika. Melatih otak kanan merupakan
kegiatan yang merangsang setengah dari kreativitas otak manusia. Salah satu
kegiatan yang dapat melatih otak kanan manusia yaitu dengan permainan atau game. Banyak permainan yang dapat
digunakan untuk melatih otak kanan kita. Ippho Santosa menyebutkan dalam buku
“13 Wasiat Terlarang” beberapa permainan untuk melatih kemampuan otak kanan diantaranya
Eight Game, Thumb Game, Pattern Game, Specific Crawl, Specific Posturing, Specific
Relaxing, Rotated Reading, Left-Handed Foreplay, Left-Handed Handling,
Left-Handed Brushing, Left-Handed Writing, dan Left-Handed Signing.
- Game melatih rasa ingin tahu dan daya kritis anak
Pada dasarnya, berpikir
kritis merupakan kemampuan anak untuk mencari tahu letak masalah yang mereka
hadapi, menyederhanakannya, dan mencari tahu solusi dari permasalahan tersebut.
Pada game, secara tidak langsung anak
mempelajari semua itu. Sebut saja game
Playstation yang notabene merupakan game petualangan
dimana anak harus mencari tahu apa yang harus dilakukan, quest apa yang harus diselesaikan, dan bagaimana cara mengalahkan
musuh yang ditemukan. Dengan bermain game
tersebut, rasa ingin tahu anak akan menjadi besar dan ia akan lebih kritis dalam
menyikapi segala sesuatu.
- Game melatih disiplin anak.
Di online game, biasanya mempunyai event-event
tertentu untuk menarik minat pemainnya agar bermain di waktu-waktu
tertentu. Bagi anak-anak yang menjadi seorang gamer, mereka akan mengusahakan untuk ikut dalam setiap event yang telah disediakan tersebut.
Secara tidak langsung, anak sedang menerapkan disiplin dalam hal waktu untuk
mengikuti event-event dalam permainannya. Dalam hal ini, orang tua pun dapat
mengembangkan disiplin anak dalam hal lainnya juga. Misalkan ketika anak ingin
bermain game online, ia harus
menyelesaikan tugasnya terlebih dahulu ataupun menghabiskan makanannya terlebih
dahulu. Apabila khawatir anak akan bermain terlalu lama, maka batasilah ia
dengan waktu. Dengan begitu, kedisiplinan anak bisa terjaga dan tidak
mengganggu perkembangan belajarnya.
- Game melatih sikap pantang menyerah
Setiap
orang pasti ingin menang. Dengan mendapatkan kemenangan tersebut, ia akan
memperoleh suatu kepuasan tersendiri. Begitupun ketika anak sedang bermain
suatu game. Game mengajarkan kepada
anak sikap pantang menyerah. Anak akan tertantang untuk menyelesaikan suatu game hingga selesai dan mendapatkan skor
yang terbaik. Implikasi sikap ini di sekolah menjadikan anak gigih dalam
belajar dan meraih tempat tertinggi di setiap kesempatan, baik itu juara kelas
maupun hasil terbaik ketika mengikuti ujian sekolah.
Kesimpulan dari beberapa pernyataan di
atas, bahwa game sesungguhnya tidak
sepenuhnya membawa dampak negatif bagi anak-anak. Akan tetapi, dengan bimbingan
yang baik dari orang tua maupun guru, game
dapat melatih sikap dan membentuk karakter tertentu pada diri anak. Bukan
saatnya lagi untuk mengatakan bahwa anak yang banyak bermain akan menjadikannya
malas bekerja dan bodoh karena beberapa ahli psikologi justru berpendapat bahwa
permainan sangat besar pengaruhnya terhadap perkembangan jiwa anak. Berikanlah
pengarahan yang tepat kepada anak agar perkembangan pendidikan dan karakter
yang terbentuk pada anak berjalan sebagaimana mestinya. Karena itu, membiarkan
anak bermain game.. Kenapa tidak? J
*Penulis adalah
mahasiswa S-1 Pendidikan Matematika UPI angkatan 2011
Ketua Umum UKM Kepenulisan Islami Al-Qolam Universitas
Pendidikan Indonesia
Tidak ada komentar:
Posting Komentar