Jumat, 11 Desember 2015

Beli 3 Buku Gratis 4 Buku, Mau?

Akhir tahun telah menjelang. Berbagai program tutup buku dan cuci gudang mulai bergelaran dimana-mana. Termasuk juga di Toko Buku Asma Nadia ini, tempat jual beli buku online dari Asma Nadia Publishing House (ANPH) :)

Cuci Gudang ANPH: Beli 3 Buku Gratis 4 Buku.

Tidak tanggung-tanggung, pada tahun ini ANPH menggelar program Beli "1 Buku Gratis 2 Buku" dan "Beli 3 Buku Gratis 4 Buku". Ya, 6 Buku kita bebas pilih, ditambah bonus 1 buku yaitu: "Humortivasi", buku terbaru keluaran Isa Alamsah, suami dari Asma Nadia :)

Terus gimana cara perhitungannya?

Jadi, nanti dari 6 buku yang kita pilih, akan dihitung tiga harga buku tertinggi, dijumlahkan, dan ditambah ongkos kirim paket 2 kg berdasarkan JNE. Yah, kalau dihitung rata2 paling kita cuma akan menghabiskan gocek sekitar 30rb/buku. Hemat sekali, bukan? :D

Kabar buruknya, persediaan terbatas! Jadi, program ini bisa saja ditutup sewaktu-waktu. Tidak hanya itu, buku2 yang kita mau juga semakin hari semakin menipis persediaannya. So, bagi yang ingin memesan silahkan langsung saja meluncur ke Toko Buku Asma Nadia, Websitenya, Facebook, ataupun kepada para adminnya, salah satunya kang Ardhan Tokoasmanadia ini ;)

Untuk pilihan judul, teman2 bisa mematok dari daftar di bawah ini.

BUKU TERBITAN ASMA NADIA PUBLISHING HOUSE 

BUKU MOTIVASI 
Gara-Gara Indonesia Rp 42,000.00 (Buat motivasi yang bikin bangga jadi bangsa Indonesia) 
101 Dosa Penulis Pemula Rp 58,000.00 (Buku tips kepenulisan paling simple) 
Mengejar-Ngejar Mimpi Rp 56,000.00 (Novel kocak inspiratif karya Dedi Padiku) 
No Excuse! Rp 57,000.00 (Biar tidak ada halangan yang bisa menghambatmu!) 
Think Dinar Rp 57,000.00 (Tips merencanakan masa depan dengan Dinar Emas) 
Absolutely Kribo Rp 35,000.00 (Novel agar anak percaya diri) 
Pergi Haji dengan Rp 100 Rp 20,000.00 (Motivasi haji) 
Ketika Mas Gagah Pergi & Kembali Rp 49,000.00 (Novel fenomenal Helvy Tiana Rosa) 
Mata Ketiga Cinta Rp 27,000.00 (Kumpulan Puisi Helvy Tiana Rosa) 
Humortivasi 49000 

BUKU MOTIVASI MUSLIMAH 
Twitografi Asma Nadia Rp 55,000.00 
 The Jilbab Traveller Rp 58,000.00 
La Tahzan for Hijabers Rp 55,000.00 
 Salon Kepribadian Rp 56,000.00 (:Jangan Jadi Muslimah Nyebelin) 

NOVEL ASMA NADIA 
Pesantren Impian Rp 57,000.00 (Novel Asma Nadia paling misterius kisahnya) 
Surga yang Tak Dirindukan Rp 59,000.00 (Novel yang disusun Asma Nadia selama 6 tahun) 
Assalamu'alaikum, Beijing! Rp 54,000.00 (Novel Asma Nadia paling romantis) 
Aisyah Putri Rp 49,000.00 
Ketika Mas Gagah Pergi Rp 49,000.00 
Cinta diujung sajadah Rp 59,000 
Love Spark In Korea 64500 
Seri Catatan Hati dan Keluarga Catatan Hati Pengantin Rp 59,000.00 (Pegangan praktis suami istri -informatif d an inspiratif) 
Catatan Hati Ibunda Rp 56,000.00 
Catatan Hati yang Cemburu Rp 50,000.00 
Catatan Hati di Setiap Doaku Rp 53,000.00 
New Catatan Hati Seorang Istri Rp 55,000.00 
Jangan Bercerai Bunda Rp 55,000.00 
Sakinah Bersamamu Rp55,000.00 

Seri Buku Anak karya Anak 
Bad Dreams and Hot Chocolate Rp 26,000.00 
Trio Behel Rp 29,000.00 
School Girls Rp 26,000.00 
Best Friend Forever Rp 24,000.00 
Cool School Rp 24,000.00 
Little Miss Perfect Rp 26,000.00 
Mostly Spooky Rp 20,000.00 
My Lovely Roomies Rp 26,000.00

Terkait info pemesanan lainnya, bisa juga menghubungi salah satu kontak di bawah ini.
my.jualio.com/tokoasmanadia
www.facebook.com/groups/tokoasmanadia
Atau SMS/ WA: 0852 1868 3858
Info Jadi Agen Toko Asma Nadia Hub Ronnie 081282210742                     

Bagikan info ini jika anda rasa bermanfaat yaa. Terima kasih ;)

#Promo #CuciGudang #ANPH #ObralAkhirTahun #Beli1Gratis2 #Beli3Gratis4

Sumber 1 dan Sumber 2

Diskusi Kepenulisan (Dispen) Fiksi "Asal Muasal Cerpen"

Dispen Fiksi KPKers "Asal Muasal Cerpen"

“JAS MERAH: Jangan sekali-sekali melupakan sejarah.” (Ir. Soekarno)

Sobat KPKers, jika kita mau merenung sejenak tentu hidup kita ada karena masa lalu. Diri kita sekarang adalah cerminan dari masa lalu yang kita lakukan. Betapa berartinya sebuah sejarah bagi peradaban bangsa. Dari sejarah tersebut, kita dapat belajar dan memperbaiki diri agar dapat menjadi lebih baik kembali untuk ke depannya.

Begitupun dalam dunia tulis menulis. Tidak serta merta semuanya ada. Satu persatu memiliki sejarahnya sendiri. Mulai dari artikel, berita, novel, dan cerpen.

Penasaran bagaimana sejarah mencatat pertama kali cerpen dibuat? :)

Yuuk kita diskusikan bersama malam ini!!

:: Diskusi Kepenulisan (Dispen) Fiksi ::
Tema: “Asal Muasal Cerpen”


bersama : Kinin Budiono (Penulis, Wakil Ketua KPKers Hongkong 2014, Bidang Pembinaan Fiksi KPKers 2015)

Hari/Tanggal: Jumat, 11 Desember 2015
Waktu: Pkl. 21.00 - 22.00 WIB
Tempat: Grup FB Komunitas Penulis Kreatif


Yuuk hadir dan ramaikan yaa. GRATIS dan TERBUKA UNTUK UMUM lhoo :D

Salam pena kreatif! ;)

#Dispen #Fiksi #KPKersIndonesia

Kamis, 10 Desember 2015

Mindplay with Kinomedia WA

Kotak besar berwarna hitam, dengan empat kotak berisi cairan berwarna-warni disampingnya. Beberapa lembar kertas turut menyertai fungsinya. Tanpa kertas, ia seperti tak berarti ada di dunia ini. Hidup beberapa kali dalam sehari, tapi lebih sering dalam keadaan mati.

Mungkin kita seringkali tidak menyadari akan fungsi dan manfaatnya. Hingga saat kita beranjak dewasa, menjalani kuliah, dan menghadapi skripsi. Ya, benda itu akhirnya dibutuhkan kembali. Berbisik-bisik disetiap malam. Merayu-rayu kita agar menyala. Menemani hari2 kita sampai wisuda: Printer.

#Curhat #MahasiswaTingkatAkhir #GeuraWisuda #WisudaUPI2016

Pengen ikutan? Gabung yuk disini ;)

@agi_eka

Curhat Kepenulisan (Curlis) KPKers "Mengubah Patah Hati Menjadi Prestasi"

Curlis KPKers "Mengubah Patah Hati Menjadi Prestasi"

Pernahkah kalian merasa galau? Diputus cinta, ditinggal asmara, dan berujung pada patah hati terindah?

Ah~, masa muda. Begitu banyak warna warni yang kita rasakan ketika merasakan cinta. Kebanyakan orang lantas merasa gegana (gelisah, galau, merana), namun tak sedikit juga yang justru menjadikannya sebagai pecutan untuk berubah menjadi lebih baik.

Bagi mayoritas penulis, hal ini bahkan menjadi modal dasar untuk berkarya. Kala rindu memasung relung hati terdalam, maka perasaan tersebut kian merasuk dalam tulisan yang kita buat.

Bisakah kita menjadikan patah hati menjadi prestasi?

Temukan jawabannya pada akhir pekan ini!

:: Komunitas Penulis Kreatif (KPKers) Indonesia Proudly Present ::

# Curhat Kepenulisan (Curlis) KPKers #
"Mengubah Patah Hati Menjadi Prestasi"

Bersama : Dwi Suwiknyo (Penulis Buku "Ubah Patah Hati Jadi Prestasi", Founder "Pesantren Penulis", Dosen STIA Alma Ata Yogyakarta, Pemred Penerbit Citra Media Group Yogyakarta)

Hari/Tanggal : Sabtu, 12 Desember 2015
Waktu : Pukul. 20.00 - 21.00 WIB
Tempat : Grup FB "Komunitas Penulis Kreatif"
(www.facebook.com/groups/komunitaspenuliskreatif)

Acara ini gratis dan terbuka untuk umum lho!

Yuuk kita berkumpul bersama dan berkarya, "membunuh" waktu, membuang jauh2 galau, di malam minggu yang berkilau :D

Salam pena kreatif! :D

More Info :
CP : Agi (087822143575)
FB : Komunitas Penulis Kreatif
Twitter : @kpkers_id
Website : www.kpkers.blogspot.com

#Curlis #EdisiSpesial #BidangPembinaan #KPKersIndonesia

Minggu, 18 Oktober 2015

Mimpi

#Day 26

Sebagian orang menyebutnya dengan sebutan bunga tidur. Ya, dia hanyalah pelengkap tidur kita sehingga menjadi nyenyak dan menyenangkan. Sebagian lagi menyebutnya sebagai angan-angan. Sementara yang lain hanya menobatkannya sebagai harapan. Dialah sang mimpi.

Bagiku engkau adalah sang mimpi itu. Engkaulah sumber inspirasiku. Karena engkau juga, aku bisa menjadi seperti saat ini. Dan sebab engkaulah, aku jadi hilang arah dan pincang ketika berjalan. Rasanya bagaikan kehilangan salah satu penopang ragaku: engkau.

Beberapa hari lalu aku sempat memimpikanmu. Entahlah, mungkin saja karena siangnya kami baru saja membicarakanmu. Meskipun secara tidak langsung, hal itu menguak tabir pertahananku kembali. Diriku yang mulai mencoba berdiam diri terlebih dahulu, akhirnya malah jatuh tak terkendali di lubang yang sama. Ya, memikirkanmu.

Dalam tidur, aku menemuimu. Mungkin itu salah satu cara agar aku dapat melihat senyum di wajahmu. Tatapan hangat dan lembut sikapmu tidak berubah, masih sama seperti pertama aku mengenalmu. Di ruang itu kita bertemu, terpisah jarak beberapa depa. Kita malu-malu, persis seperti anak kecil yang akan menyalami tamu saat diminta orang tua.

Entah mengapa suasana yang kita temui begitu kaku. Lidahku kelu, seakan tidak mampu berbicara dihadapanmu. Aku, dan juga kamu, yang biasanya dapat mencairkan suasana diantara kita berdua, entah mengapa malam itu terlihat begitu rapuh. Bagaikan terbentang tembok cina di hadapan kita berdua. Tinggi, kokoh, dan besar. Membuat kita enggan dan ragu untuk berkata.

"Kesibukanmu apa sekarang?" Selepas pertanyaan itu dilontarkan, tiba-tiba saja engkau beranjak dan mengajakku untuk pergi ke suatu tempat. Dengan muka bingung aku pun mengikuti di belakangmu. Saat aku sadar, kita sudah berada di suatu aula masjid tempat kita bisa bernaung. Namun bedanya, di dalam masjid itu justru menyambung ke kafe tempat lembaga aku bekerja sekarang.

Beberapa meja terhampar di hadapan kita. Engkau masuk ke sela-sela meja dan aku pun, lagi-lagi, mengikutimu. Sampai di suatu meja engkau tiba-tiba duduk dan asyik berbicara dengan sahabatmu - yang entah siapa. Dengan canggung, aku tak enak hati jika mengganggu dirimu yang sedang berbicara dengan sahabatmu itu. Akhirnya kuputuskan untuk duduk di meja belakangmu. Namun apa daya, kejutan lain sudah menantiku disana.

Di meja belakang, ada manajer cabang tempat aku bekerja sekarang. Sementara di seberangnya terdapat meja yang diduduki presiden kita dan menterinya. Apa yang dilakukan presiden dan pak menteri di tempat begini? pikirku bingung. Akhirnya kuputuskan untuk ikut duduk bersama ibu manajer saja untuk sementara. Belum berhenti sampai disana, kejutan satu lagi datang: Bos besarku ikut duduk bersama kita!

Ya, pak bos yang ikut duduk bersama penasihatnya langsung menutup celah diantara dua kursi dan membentuk lingkaran seketika. Seperti mau halaqah - namun di atas kursi - antara aku, ibu manajer, pak bos dan rekannya, serta pak presiden dan menterinya. Dan sebelum ada satu orang pun yang berbicara, aku langsung dibangunkan oleh kicau burung dan senandung adzan dari kejauhan.

Ah~, entah apa arti dari mimpi tersebut. Ibuku bilang mungkin ada arti dari pertemuan terakhir itu. Namun yang lebih membuatku penasaran sebenarnya adalah dirimu. Kenapa engkau ada disana? kenapa engkau membawaku ke tempat itu? Dan mengapa engkau justru meninggalkanku dan bergabung dengan temanmu tanpa berkata sepatah kata apapun?

Positif thinking-ku, mungkin saja itulah caramu mendukungku. Aku tidak bisa menafsirkan mimpi, namun yang jelas aku cukup senang. Setidaknya setelah tiga minggu berselang, tiba-tiba engkau datang kepadaku dengan perantara mimpi. Apakah ini suatu pertanda? Mungkin saja. Mari kita lihat bagaimana skenario yang dirancang sang khalik. Semoga kita mendapatkan jawaban yang terbaik dari masing-masing rangkaian mimpi yang kita alami. []

Sabtu, 26 September 2015

Surat Cinta Untukmu

#Day 4

Mungkin aku benar-benar terinspirasi dari salah satu blogger dengan kisah cintanya yang memikat para pembacanya. Disana ia bercerita tentang perjuangannya menjemput seorang gadis pujaan dan menorehkan tinta perjuangan di diary onlinenya.

Maka disinilah aku sekarang. Tidak bermaksud untuk menirunya, namun hanya berharap surat cinta ini satu demi satu bisa tersampaikan kepadamu suatu hari nanti. Aku tidak tahu apakah surat cinta ini akan sampai ataukah tidak. Apakah kau tahu ataupun tidak. Apakah kau akan perduli maupun tidak. Yang kutahu, aku menuliskan ini untukmu tanpa perduli apa sikapmu padaku.

Duta pernah berkata dalam tembangnya, "Selamanya hanya kubisa memujamu. Selamanya hanya kubisa merindukanmu." Tapi aku tidak percaya sepenuhnya pada statement itu. Aku memang pemuja rahasiamu untuk saat ini, yang mengagumimu secara diam-diam, dan berharap kau akan mau denganku suatu hari nanti. Namun aku pun telah memutuskan untuk memperjuangkanmu dan hal itulah yang akan terus aku pertahankan.

Sebelum janur kuning melengkung, maka tekadku pun akan terus membulat. "Bukan cinta yang memilihmu tapi Allah yang memilihmu untuk kucintai." Semoga petikan lirik dari kang Abay ini memang benar untukmu. Dan surat cinta ini akan terus kutulis sampai hari dimana aku tidak bisa menyebut namamu lagi. Dalam surat, buku harian, dan percakapan sehari-hari. Hari dimana aku tidak bisa mengetik namamu lagi dan membuat satupun surat cinta untukmu.

Pasha pun turut berdendang, "Ku ingin kau tahu diriku disini menanti dirimu. Meski kutunggu hingga ujung waktuku. Dan berharap rasa ini kan abadi untuk selamanya." Sampai disini aku mulai merasa menjadi lelaki melankolis. -_-

Sebelum menjadi semakin galau karena malam, lebih baik kulunaskan dulu hutangku sampai disini. Kisah apalagi yang akan kutulis besok? Semoga bisa menjadi sepucuk surat cinta lagi. Untukmu.

Rezeki

#Day 3

Aku selalu berpikir, apa yang akan aku berikan ketika nanti telah bersama dengan dirimu? Ketika kita nanti akan bersama artinya akan ada sebuah tanggung jawab baru bagi diriku. Bukan saatnya lagi untuk berpikir bagaimana mengisi perutku, tapi juga soal perutmu. Aku bisa saja tidak makan, tapi dirimu? Aku tidak mungkin membiarkanmu kelaparan dan membuat calon buah hati kita nelangsa.

Modal utama dalam menjemputmu bukanlah cinta semata, tapi juga keberanian dan harapan. Cinta saja tidaklah cukup karena aku tidak akan bisa mengenyangkan perutmu hanya dengan cinta. Namun keberanian dan harapan adalah kombinasi sempurna yang dapat meyakinkan kedua orang tuamu untuk mempercayakan anaknya kepadaku.

Keberanian melambangkan optimisme. Dengan sikap berani akan mencerminkan ketegasan dan rasa tanggung jawab dari diriku. Harapan timbul berdasarkan visi. Jika aku adalah orang yang penuh perencanaan, maka harapan hidupku akan semakin besar. Lalu kamu, serta orang tuamu, akan yakin kepadaku dan mereka berhak mempercayakan putrinya untuk hidup bersamaku.

Satu lagi kejadian hari ini adalah saat dimana aku percaya bahwa rezeki memang sudah diatur. Tidak ada angin, hujan, maupun badai, malam ini aku diajak untuk menikmati sajian khas kota maranggi ini di tempat asli pembuatannya. Makanan yang katanya benar-benar "Ori" dan mungkin hanya dalam mimpi aku bisa mencicipinya. Ya, suatu saat nanti kau pun harus mencicipinya. Aku janji suatu hari nanti akan mengajakmu kesana jika kita memang ditakdirkan untuk bersama.

Rezeki, sekali lagi memang rahasia ilahi. Ketika dua insan bersatu, katanya adalah menggabungkan rezeki dari dua orang yang berbeda. Maka muncullah para motivator dengan semangat #NikahMuda untuk mengompori anak-anak yang masih takut akan rezeki dan penghasilan. Sekali lagi, bukan masalah bisa atau tidak bisa, tapi mau atau tidak mau. Karena yang menjadi permasalahan adalah tidak adanya keberanian dan harapan, kombinasi sempurna yang dapat meyakinkan kedua orang tua untuk melepaskan anaknya bersama kita.

Maka disinilah aku sekarang, sedang menanam asa dengan pupuk keberanian dan harapan. Jika asa tadi telah tumbuh dan berkembang, di saat itulah aku akan datang dan menawarkannya kepadamu dan keluargamu. Tunggu aku disana, semoga engkau pun dapat bersabar menungguku. Dan di saat engkau lelah untuk menunggu, mudah-mudahan rindu kita akan bertemu di langit harapan. Semoga.

Ekspektasi

#Day 2

Kau tahu? Terkadang apa yang kita pikirkan lebih menakutkan daripada apa yang kita temukan. Kemarin saat aku membayangkan akan menghadapi dua ribu orang, empat ribu pasang mata, dan dikelilingi oleh ribuan siswa, nyatanya sepersepuluhnya saja tidak. Semua kekhawatiranku sirna sudah. Bahkan berbagai rencana yang aku persiapkan sebelumnya, lenyap tak berbekas dalam sekejap.

Ya, terkadang ekspektasi yang kita pikirkan jauh dari kenyataan yang kita temukan. Di saat kita takut untuk menghadapi sesuatu, ternyata saat kita berhadapan langsung dengannya justru akan terasa lebih mudah. Lantas aku berpikir, jika memang menjemputmu adalah suatu keharusan, apakah rasanya nanti akan jauh berbeda dengan apa yang aku pikirkan sekarang? Segala ketakutanku akan pertanyaan-pertanyaan dari Ayah dan Ibumu nanti, apakah itu hanya akan ada di benakku saja dan tidak akan pernah terjadi di kemudian hari?

Kata temanku yang baru saja diwisuda, "Akan ada saatnya kita bisa mengatakan 'Sidang pasti berlalu' dan 'Ternyata sidang itu hanya seperti itu saja kok.'" Lantas, aku pun meyakini akan tiba saatnya pula dimana kita bisa berkata, "Ternyata ijab qabul hanya seperti itu saja kok" dan "Jomlo pasti berlalu."

Ya, sesuatu yang diucapkan terlihat mudah tapi pertanggungjawabannya yang sangat berat. Saat dimana mengikat janji antara dua hati untuk menjalani kisah sehidup dan semati. Itulah hidup dengan segala pilihan-pilihannya. Dan dirimu? Adalah juga pilihanku untuk saat ini. Semoga jua bisa aku pertahankan sampai nanti dan seterusnya.

"Aku mencintaimu karena aku memilih untuk mencintaimu - Itu saja. Bukankah cinta lebih butuh pembuktian daripada alasan?"

(Azhar Nurun Ala dalam "Cinta Adalah Perlawanan")

Kamis, 24 September 2015

Nervous

#Day 1.8

Sore ini aku mendapat kabar tak terduga. Besok, tepatnya pagi-pagi sekali, aku diminta untuk berkolaborasi dan mempromosikan lembaga tempat aku bekerja. Mungkin terdengar sudah biasa, tapi jika kau tahu bahwa aku akan berbicara di depan dua ribu peserta dalam waktu satu jam? Ya, itu cukup untuk membuatku mati rasa.

Aku membayangkan apa yang akan kukatakan besok di hadapan mereka semua? Dua ribu siswa dengan berbagai macam karakter asal kota simping ini membuatku cemas dan gundah gulana. Haruskah aku bercanda? Menertawai diriku sendiri dengan dalih melakukan stand up comedy seperti para comic di televisi? Ataukah aku akan mencari topik yang pada akhirnya akan menjadi garing dan membuat suasana "krik-krik"?

Jika kau ada disini, kira-kira apa yang akan kau katakan ya? Apakah kau akan menyemangatiku dan berkata, "Kamu pasti bisa!" Ya, sebuah semangat yang dulu selalu kurasakan kala kau percaya bahwa aku pasti bisa melakukan apa yang seharusnya kulakukan. Kau pasti menatapku dengan tatapan berbinar bahwa kau akan mendukungku dari belakang dan berdoa yang terbaik untukku. Itulah dirimu.

Jadi, mungkin hanya ada satu hal yang aku pinta dari dirimu malam ini. Entah kau mengetahui atau tidak, tapi tolong doakanlah aku malam ini. Ayah berkata bahwa ini adalah kesempatan baik bagiku. Kesempatan untuk membuktikan diri dan membuat orang-orang percaya padaku. Tapi bagiku ini juga merupakan kesempatan untuk mendekat kepadamu. Dengan menjadi orang yang bisa diandalkan, semoga sedikitnya aku pun bisa menjadi tempat bernaung bagimu suatu hari nanti.

Aku selalu cemas, apakah aku memang sudah siap jika harus memimpinmu suatu hari nanti? Layaknya lokomotif yang menggandeng bagian kereta lainnya dan menuntunnya sampai dengan tempat tujuan, apakah aku bisa menjadi lokomotif bagimu?

Cepat atau lambat, kita akan mengetahuinya. Biarlah sang waktu yang akan menjawab semuanya.

Rabu, 23 September 2015

Merindu

#Day 1

Kau tahu?
Hari ini sudah habis kutelan ratusan buku. Ribuan aksara pun telah kenyang kucerna. Namun lagi-lagi semuanya hanya kembali pada satu hal: Mengingatkanku pada dirimu.

Ya, dirimu yang memabukkanku. Sosok yang telah membuat diriku harus menahan haus rindu yang kini membuncah dalam dada. Rindu yang menohok relung hatiku yang terdalam dan membayangkan ribuan kisah andaikan kita kembali bersama.

Namun semua haruslah sesuai dengan waktunya, bukan?

Kau tahu?

Diri ini masih membisu kala kau sebut bahwa dirimu masih menunggu. Menunggu sosok pangeran berkuda putih yang datang tanpa pamrih hanya demi menjemput sang kekasih. Kau bilang, "Cukuplah ridha orang tua karena itu sudah mewakili segala-galanya."

Maka disinilah aku sekarang. Sedang berusaha memantaskan diri agar dapat menjadi orang yang pantas bersanding denganmu. Kembali berusaha menata hati agar cinta ini terbingkai setiap hari dalam balutan kasih nan ilahi. Jadi, tunggulah aku jika memang rindu ini akan kembali bertamu padamu.

Kau tahu?

"Ketika ekspresi rindu adalah doa, tak ada cinta yang tak mulia." Itulah hal baru yang kudapat dari buku. Buku yang membuat wajahku bersemu malu. Malu karena kisah kita belum tentu seperti itu. Maka inilah yang saat ini berlaku, kucoba menorehkan kisah kita di dalam suatu buku. Harap-harap cemas, semoga suatu hari kau tidak tahu bahwa orang yang kumaksud itu adalah dirimu.

Kau tahu?

Ada yang beku: bibir
Ada yang tertahan: nafas
Ada yang berkedip: kelopak mata
Ada yang berdegup kencang: jantung
Ada yang berdesir deras: darah
Ada yang tertawan: hati
Ada yang berhenti berputar: bumi
Ada yang berhembus pelan: angin
Ada yang hening berbisik: rerumputan

Ada yang jatuh cinta padamu: aku

Sampai bertemu lagi. Ya, Kamu.

Dari Aku yang merindu.

Senin, 17 Agustus 2015

Resensi Buku "Selalu Ada Campur Tangan Tuhan"

RESENSI BUKU "SELALU ADA CAMPUR TANGAN TUHAN"


Judul Buku      : Selalu Ada Campur Tangan Tuhan

Pengarang       : Anisa AE

Tebal Buku      : v + 171 halaman

Harga Buku     : Rp. 40.000,-

Penerbit           : AE Publishing

Tahun Terbit    : Mei, 2015

            Kata orang, cinta pertama adalah masa-masa terindah yang akan selalu kita kenang. Pahit maupun manis, semuanya terpatri menjadi satu di dalam hati. Saya percaya itu, terlebih setelah membaca sebuah kisah yang dituliskan oleh mbak Anisa AE dalam novel perdananya: “Selalu Ada Campur Tangan Tuhan.”

            Dalam buku ini memang menceritakan perjalanan cinta dari mbak Anisa sendiri, yang nyaris saya tidak percaya bahwa cerita ini memang diangkat dari kisah nyata. Mbak Anisa dengan lugas menjelaskan satu per satu adegan demi adegan yang dialaminya ketika itu. Mulai dari masa-masa pertama bertemu dengan si Dia, saat-saat PDKT, jadian, hingga akhirnya... berpisah.

            Ketika membaca tulisan mbak Anisa, saya seperti sedang berhadapan langsung dengan orang yang curhat. Mungkin saja karena beberapa penuturan tokoh utama dalam novel ini memang disampaikan melalui diary. Namun disamping itu, setiap babnya dapat membuat saya lebih mengerti pemikiran karakter dan saya hanyut dibuatnya. Ceritanya mengalir dan terbuka, tanpa ada sesuatu yang ditutup-tutupi. Itulah pula salah satu kelebihan dalam novel ini.

            Bagi Anda yang telah ataupun ingin mengenal mbak Anisa, saya sarankan untuk membaca novel ini. Untuk yang telah mengenal, kalian akan mendapatkan penuturan-penuturan dan perjalanan hidup mbak Anisa yang mungkin tidak pernah kita lihat dan tidak kita bayangkan. Dan bagi yang belum mengenal, kalian akan mengetahui seluk beluk perjalanan cinta pertamanya mbak Anisa. Asal usul nama pena Anisa AE, perjalanan awal menulis, dan tentu kisah manisnya dengan si Dia sebagai tokoh utama lelaki dalam novel ini.

            Novel ini membawa kita untuk memahami cinta dari sudut pandang yang lebih luas. Ketika penerimaan atas keputusan Tuhan menjadi indah. Bahasanya sederhana dan mengalir tanpa mengurangi pesan moral yang lebih dari sekadar sederhana. Recomended untuk kalian yang ingin belajar arti dari cinta yang sesungguhnya. Bahwa kisah cinta itu bukan sekadar untuk dilupakan, tapi ia ada untuk dikenang. Bahwa cinta adalah soal kesetiaan, kepercayaan, penerimaan, pengorbanan, dan keikhlasan. Selamat menjemput cinta. :) []

Bumi Siliwangi, 17 Agustus 2015.

Jumat, 14 Agustus 2015

Resensi Buku "Cherish You"

RESENSI BUKU "CHERISH YOU"

Judul Buku      : Cherish You

Pengarang       : Irfa Hudaya

Tebal Buku      : x + 302 halaman

Harga Buku     : Rp. 45.000,-

Penerbit           : Penerbit Orange

Tahun Terbit    : 2015

            Pernahkah Anda merasa seperti telur orak arik? Berbagai rasa tercampur padu di hati dalam satu waktu. Senang, sedih, tertawa, menangis, terharu, dan tersipu. Begitulah yang Saya rasakan saat membaca novel sederhana ini. Sebuah karya yang ditulis oleh mbak Irfa Hudaya dengan judul: “Cherish You.”

            Setiap orang pasti ingin menikah, Saya yakin akan hal tersebut. Tapi menikah dengan seorang duda beranak satu yang merupakan mantan suami dari kakak Anda sendiri? Tentu Anda tidak akan seyakin menjawab pertanyaan yang pertama. Itulah yang dirasakan oleh Rifka, salah satu tokoh utama dalam buku ini.

            Pada mulanya, ceritanya ini dimulai terlebih dahulu dengan kisah Mahira dan Aini, sepasang suami istri dari kota pelajar, Yogyakarta. Mahira atau yang akrab disapa Mas Hira merupakan suami dari Aini, kakak kandung Rifka. Nahasnya selepas melahirkan Aqiella, Aini harus rela melepaskan kebahagiaan di dunia karena terkena komplikasi penyakit pasca melahirkan yakni eklampsia: keracunan kehamilan.

            Dunia seakan kiamat bagi Hira. Baru saja ia berbahagia dengan momongannya, namun apa daya sang bundanya harus pergi begitu cepat meninggalkan mereka dengan luka yang mendalam. Di tengah suasana duka tersebut, Ibu mertuanya hadir dengan sebuah solusi bagi Hira yakni menikahkannya dengan Rifka. Mendengar kabar tersebut tentu keduanya kaget sekaligus gamang. Bisakah Hira menerima Rifka yang sifatnya bertolak belakang dengan Aini? Pun Rifka yang masih tergolong belia dan berontak ingin menikah dengan lelaki pilihannya sendiri.

            Pilihan tersebut memang bukan tanpa alasan. Selain Aqiella sudah nyaman diurus oleh Aunty-nya, Ibunya juga merasa hanya inilah jalan satu-satunya agar ia tidak jauh dari menantu dan cucu kesayangannya. Apalagi gagasan tersebut makin dikuatkan dengan adanya wasiat dari Aini untuk menitipkan suami dan anaknya kepada adik tercintanya, Rifka. Merasa terpojok dengan keadaan, akhirnya Hira dan Rifka menikah selang dua minggu kemudian.

            Perjalanan baru akan dimulai. Dua orang yang dipaksa mencintai oleh keadaan akhirnya mulai berusaha untuk beradaptasi satu sama lain. Hira dengan sikap dewasanya dan Rifka dengan sikap manja kekanak-kanakannya, menambah hangat suasana dalam novel ini. Berbagai kisah unik dan menggelitik seringkali membuat pembaca terpingkal dan tersenyum simpul. Saya sangat salut akan kemampuan mbak Irfa memadukan karakter mereka berdua dengan sangat khas dan elegan.

            Terlebih lagi, novel ini juga diperkaya dengan penggambaran cerita oleh dua sudut pandang yakni Hira dan Rifka. Alhasil, pembaca dapat mengetahui jalan pikiran masing-masing tokoh yang memang jauh berbeda. Ketika sedang marahan, ngambek, tersipu, sedih, tertawa, haru, dan bahagia, semuanya ikut melebur menjadi satu seakan-akan kitalah yang menjadi Hira dan Rifka tersebut. Saya bahkan tak sanggup untuk melepaskan novel ini hanya untuk sekedar tidur atau beraktifitas. Pikiran saya penuh dengan tanda tanya, apakah yang selanjutnya akan terjadi? Bagaimanakah kisah Hira dan Rifka selanjutnya? Apakah mereka akan rujuk, menerima satu sama lain, dan menemui happy ending pada akhirnya?

            Dan terakhir, Saya sangat dikejutkan dengan closing cerita yang tidak disangka-sangka. Sungguh, Saya yakin Andapun akan terpingkal-pingkal saat membaca bagian penutup dari cerita ini. Sebuah akhir yang melegakan, memuaskan, dan menggoreskan sebuah senyum di wajah Saya pada akhirnya.

            Saya sangat merekomendasikan buku ini untuk Anda semua. Bagi yang ingin mempelajari tentang cinta, romantisme rumah tangga, dan juga konsep saling bersimpati dan berempati antar pasangan. Semua itu akan Anda dapatkan, utuh, dalam novel ini. Dikemas dengan apik, manis, dan mengalir, novel ini pasti akan memperkaya koleksi buku fiksi Anda di rumah. Semoga kita bisa mengambil hikmah dari perjalanan hidup Hira dan Rifka. Two thumbs up buat mbak Irfa. (y)

Bumi Siliwangi, 14 Agustus 2015.