Sabtu, 26 September 2015

Rezeki

#Day 3

Aku selalu berpikir, apa yang akan aku berikan ketika nanti telah bersama dengan dirimu? Ketika kita nanti akan bersama artinya akan ada sebuah tanggung jawab baru bagi diriku. Bukan saatnya lagi untuk berpikir bagaimana mengisi perutku, tapi juga soal perutmu. Aku bisa saja tidak makan, tapi dirimu? Aku tidak mungkin membiarkanmu kelaparan dan membuat calon buah hati kita nelangsa.

Modal utama dalam menjemputmu bukanlah cinta semata, tapi juga keberanian dan harapan. Cinta saja tidaklah cukup karena aku tidak akan bisa mengenyangkan perutmu hanya dengan cinta. Namun keberanian dan harapan adalah kombinasi sempurna yang dapat meyakinkan kedua orang tuamu untuk mempercayakan anaknya kepadaku.

Keberanian melambangkan optimisme. Dengan sikap berani akan mencerminkan ketegasan dan rasa tanggung jawab dari diriku. Harapan timbul berdasarkan visi. Jika aku adalah orang yang penuh perencanaan, maka harapan hidupku akan semakin besar. Lalu kamu, serta orang tuamu, akan yakin kepadaku dan mereka berhak mempercayakan putrinya untuk hidup bersamaku.

Satu lagi kejadian hari ini adalah saat dimana aku percaya bahwa rezeki memang sudah diatur. Tidak ada angin, hujan, maupun badai, malam ini aku diajak untuk menikmati sajian khas kota maranggi ini di tempat asli pembuatannya. Makanan yang katanya benar-benar "Ori" dan mungkin hanya dalam mimpi aku bisa mencicipinya. Ya, suatu saat nanti kau pun harus mencicipinya. Aku janji suatu hari nanti akan mengajakmu kesana jika kita memang ditakdirkan untuk bersama.

Rezeki, sekali lagi memang rahasia ilahi. Ketika dua insan bersatu, katanya adalah menggabungkan rezeki dari dua orang yang berbeda. Maka muncullah para motivator dengan semangat #NikahMuda untuk mengompori anak-anak yang masih takut akan rezeki dan penghasilan. Sekali lagi, bukan masalah bisa atau tidak bisa, tapi mau atau tidak mau. Karena yang menjadi permasalahan adalah tidak adanya keberanian dan harapan, kombinasi sempurna yang dapat meyakinkan kedua orang tua untuk melepaskan anaknya bersama kita.

Maka disinilah aku sekarang, sedang menanam asa dengan pupuk keberanian dan harapan. Jika asa tadi telah tumbuh dan berkembang, di saat itulah aku akan datang dan menawarkannya kepadamu dan keluargamu. Tunggu aku disana, semoga engkau pun dapat bersabar menungguku. Dan di saat engkau lelah untuk menunggu, mudah-mudahan rindu kita akan bertemu di langit harapan. Semoga.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar