Sabtu, 26 September 2015

Ekspektasi

#Day 2

Kau tahu? Terkadang apa yang kita pikirkan lebih menakutkan daripada apa yang kita temukan. Kemarin saat aku membayangkan akan menghadapi dua ribu orang, empat ribu pasang mata, dan dikelilingi oleh ribuan siswa, nyatanya sepersepuluhnya saja tidak. Semua kekhawatiranku sirna sudah. Bahkan berbagai rencana yang aku persiapkan sebelumnya, lenyap tak berbekas dalam sekejap.

Ya, terkadang ekspektasi yang kita pikirkan jauh dari kenyataan yang kita temukan. Di saat kita takut untuk menghadapi sesuatu, ternyata saat kita berhadapan langsung dengannya justru akan terasa lebih mudah. Lantas aku berpikir, jika memang menjemputmu adalah suatu keharusan, apakah rasanya nanti akan jauh berbeda dengan apa yang aku pikirkan sekarang? Segala ketakutanku akan pertanyaan-pertanyaan dari Ayah dan Ibumu nanti, apakah itu hanya akan ada di benakku saja dan tidak akan pernah terjadi di kemudian hari?

Kata temanku yang baru saja diwisuda, "Akan ada saatnya kita bisa mengatakan 'Sidang pasti berlalu' dan 'Ternyata sidang itu hanya seperti itu saja kok.'" Lantas, aku pun meyakini akan tiba saatnya pula dimana kita bisa berkata, "Ternyata ijab qabul hanya seperti itu saja kok" dan "Jomlo pasti berlalu."

Ya, sesuatu yang diucapkan terlihat mudah tapi pertanggungjawabannya yang sangat berat. Saat dimana mengikat janji antara dua hati untuk menjalani kisah sehidup dan semati. Itulah hidup dengan segala pilihan-pilihannya. Dan dirimu? Adalah juga pilihanku untuk saat ini. Semoga jua bisa aku pertahankan sampai nanti dan seterusnya.

"Aku mencintaimu karena aku memilih untuk mencintaimu - Itu saja. Bukankah cinta lebih butuh pembuktian daripada alasan?"

(Azhar Nurun Ala dalam "Cinta Adalah Perlawanan")

Tidak ada komentar:

Posting Komentar