Rabu, 06 Mei 2015

Segelas Kritik untuk Secangkir Kontradiksi

Topik Mulyana (Kanan), M. Ginanjar Eka Arli (Kiri).

Bandung, UPI.

            Ahad (26/5), UKM KI Al-Qolam UPI dengan resmi meluncurkan buku antologi cerpen yang bertajuk “Secangkir Kontradiksi” bertempat di Aula Masjid Al-Furqon UPI, Bandung. Pada kegiatan ini, Al-Qolam mengundang dua orang narasumber untuk memberikan pandangannya terhadap buku tersebut. Mereka adalah Topik Mulyana, S.S., M.Hum., (Dosen, Editor, dan Penulis) dan Utami Nurhasanah (Pegiat Literasi dan salah seorang kontributor dalam buku “Secangkir Kontradiksi”).

            Secangkir kontradiksi adalah sebuah buku kumpulan cerpen hasil sayembara Al-Qolam Writivation Festival (AWF) tahun 2012 – 2014. Dalam buku ini terdapat 18 kontributor terpilih yang terdiri dari pelajar, mahasiswa, dan umum. Mereka berasal dari berbagai pelosok di Indonesia, yakni Jawa dan Sumatera. Adapun tema yang diangkat dalam cerita ini berbeda-beda, mulai dari “Tulisanku, Pesan Cintaku untuk Islam”, “Pemuda Pelajar Muslim”, hingga “Kisahku untuk Islam.”

Pada sesi yang pertama, segelas kritik diutarakan oleh Pak Topik Mulyana. Beliau berpendapat bahwa sebuah karya sastra yang baik perlu memperhatikan sisi kebahasaan yang meliputi keterbacaan dan logika cerita. Dalam buku ini memang masih terdapat beberapa kesalahan perihal diksi, kelogisan karakter, dan juga teknis penceritaan yang masih banyak “menggurui”. Seharusnya, nilai-nilai yang ingin disampaikan penulis haruslah “meresap” dalam cerita, bukan “tertuang”.

Selain itu, beliau juga menyampaikan kritik dari segi struktur tematik. Menurut beliau karya ini masih termasuk karya yang “Sosiosentrik”. Artinya, buku ini masih terbatas hanya untuk beberapa kalangan saja, khususnya kalangan aktivis kepemudaan. Padahal, karya yang baik adalah yang dapat dinikmati oleh setiap kalangan. Dan untuk mencapai hal tersebut memang tidaklah mudah, termasuk untuk Al-Qolam. “Semoga Al-Qolam dapat terus konsisten dalam berkarya, eksis dalam dunia kepenulisan, dan menyempurnakan karya-karya yang dilahirkannya,” harap beliau di akhir pertemuan.

Utami Nurhasanah (Kanan), Lia Wt (Kiri).
Selanjutnya pada sesi yang kedua disampaikan talkshow singkat bersama Utami Nurhasanah seputar kepemudaan dan keislaman. Pada masa sekarang, tentu sangat miris melihat kondisi pemuda yang akhlaknya semakin hari semakin terkikis. Hal ini disebabkan faktor ilmu yang belum memadai, globalisasi, hingga masuknya budaya asing ke lingkungan kita. Untuk mengatasi tersebut tentulah para pemuda, khususnya pelajar, harus banyak menggali ilmu kembali khususnya dalam hal keislaman.

Dalam hal ini, secangkir kontradiksi merupakan salah satu media berdakwah yang tepat untuk para pemuda, khususnya pelajar muslim. Dengan bahasa yang ringan dan mudah dicerna, buku ini memuat berbagai macam kisah hikmah yang sarat akan makna. Setelah menyeruput secangkir kontradiksi, pembaca pun dapat menyesapi sendiri nilai – nilai yang terkandung didalamnya. Harapannya setelah membaca kisah dalam buku ini, pembaca dapat tertarik untuk lebih mendalami Islam di kemudian hari.

Buku secangkir kontradiksi merupakan karya kedua dari Al-Qolam yang dikomersilkan secara terbatas. Buku tersebut dihargai senilai Rp. 58.000,-/eksemplar, namun khusus untuk bulan ini Al-Qolam memberikan diskon sebesar 15%. Bagi yang ingin memesan buku ini dapat menghubungi Lia: 08986053959. (M. Ginanjar Eka Arli)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar