Senin, 13 Juli 2015

Resensi Buku "Putusin Nggak, Ya?"

RESENSI BUKU "PUTUSIN NGGAK, YA?"

Judul Buku      : Putusin Nggak, Ya?

Pengarang       : Edi Akhiles

Tebal Buku      : 252 halaman

Harga Buku     : Rp. 38.000,-

Penerbit           : Penerbit Safirah

Tahun Terbit    : Juni, 2014

           “Don’t judge a book from it’s cover,” mungkin itulah istilah yang tepat untuk memaknai buku ini. Di saat semua orang ramai-ramainya membicarakan fiqh pacaran dan perbedaannya dengan istilah ta’aruf, para ustadz dan ustadzah sedang gembar-gembornya mempromosikan untuk “Menikah Muda,” maka disini Edi Akhiles hadir dengan membawa warna serta gagasan baru yang dikemas dalam bukunya “Putusin Nggak, Ya?”

            Buku yang terbit setahun silam ini memang sempat menuai kontroversi pada awal peluncurannya. Pasalnya di saat semua orang telah melabeli pacaran dengan hukum dasar “Haram”, Edi justru membuat tagline baru yakni: “Katanya, Pacaran Itu Haram, Ya?” ; “Putusin Nggak, Ya?” ; “Sebagian Bentuknya Haram, Sebagian lainnya Halal.” Hal ini tentu menimbulkan keresahan di mata publik, “Maksudnya apa to, jelas-jelas haram. Apalagi yang mau dibilang halal?” Begitulah respon sekejap dari beberapa orang yang fanatik terhadap hukum tersebut.

            Pada awalnya saya pun sempat bingung, tidak bisa berkata dan berkomentar apapun terhadap statement orang-orang yang saya lihat di berbagai media sosial. Hingga pada suatu ketika, akhirnya saya berkesempatan untuk bertemu langsung dan men-khatam-kan buku tersebut tepat pada hari ini. Perlu diketahui terlebih dahulu bahwa dalam buku ini terdapat enam bab utama, yakni: “Cinta dan Syahwat itu Sunatullah, Lho.” ; “Jatuh Cinta Itu Sunatullah Lho, Kalau Jatuh Syahwat... Ehmmm...” ; “Putusin Nggak, Ya? Duh, Plis Help Me.... (Katanya Pacaran Itu Haram, Ya?)” ; “Beneran, Sudah Siap Menikah?” ; “Menikah Bisa Buatmu Kaya? Yuk, Cermati...” ; dan “Penutup.”

            Pada dasarnya, bagian pembuka dari buku ini pertama-tama menjelaskan terlebih dahulu perihal cinta dan syahwat. Apa yang membedakan kedua hal tersebut, bagaimana cara kita menyikapinya, hingga hal-hal yang harus kita lakukan setelahnya. Barulah di bagian ketiga dibahas secara tuntas perihal tagline buku ini yaitu, “Putusin Nggak,Ya?” dengan disertai contoh-contoh konkret akan perilaku remaja masa kini dan dilengkapi oleh ilustrasi yang menarik. Edi berpendapat bahwa proses pacaran itu sebenarnya boleh dan sah-sah saja, “Asalkan” memenuhi beberapa persyaratan tertentu.

            Di bagian keempat dan kelima pun lagi-lagi Edi menguatkan agar kita tidak begitu saja mengikuti tren anak muda saat ini. Dengan alasan menghindari pacaran dan zina, akhirnya kita pun langsung mengambil keputusan untuk menikah sesegera mungkin. Memang tidak salah sih, tapi harus kita ingat juga bahwa menikah itu bukan hanya masalah hasrat seksualitas semata. Akan tetapi ia juga butuh persiapan lainnya, baik secara psikologis, ekonomis, sosial, ilmu, hingga agama. Secara terang-terangan, Edi memang menohok langsung Arif Rahman Lubis selaku penulis buku “Halaqah Cinta” yang menggebu-gebu menyampaikan, “Tunggu Apa Lagi?”. Sementara pandangan Edi dalam bukunya yakni, “Tidak ada kata telat untuk kata menikah, karena menikah bukan tentang umur sekian, tetapi soal kesiapan.”

Sebagai pamungkas, di akhir buku ini Edi mengutip satu dalil yang pernah disampaikan oleh Imam Syafi’i yaitu, “Kebenaran dalam pandanganku mengandung satu kesalahan dalam pandangan orang lain. Dan, kebenaran dalam pandangan orang lain mengandung satu kesalahan dalam pandanganku.” Edi hanya ingin menyampaikan sebuah spirit dinamika pemikiran Islam, bahwa  dalam menyikapi sebuah masalah hukum Islam (Fiqh) baiknya kita memang memiliki khazanah pandangan pemikiran yang berimbang saja, tidak tunggal, agar tidak jadi a single school of thought. Oleh karena itu, buku yang disebut sebagai tandingan akan Fiqh Felix (“Udah Putusin Aja!”) dan Arif Rahman Lubis (@TeladanRasul) hadir membawa wajah baru terhadap fiqh pacaran dengan menggunakan metode kontekstualis, bukan literalis seperti yang digunakan mayoritas orang lainnya.

            Saya sarankan anda semua membaca terlebih dahulu buku ini sebelum benar-benar men-judge apakah pemikiran dari founder DIVA Press Group ini memang benar ataukah salah. Sejujurnya, Edi pun hanya ingin menyampaikan masalah furu’ (cabang) yang menggelisahkan kita selama ini dengan cara yang berbeda, yakni dengan gaya penyajian “aku-kamu”, easy reading, plus ilustrasi-ilustrasi yang unyu. Tujuan utamanya pun bagi saya cukup mulia karena ia ingin menyampaikan Islam yang Rahmatan Lil Alamin dengan caranya tersendiri. Semoga kita dapat mengambil hikmah dan pelajaran dari buku ini sebelum akhirnya menyimpulkan suatu fiqh bahwa, “Pacaran dalam sebagian bentuknya itu haram, namun dalam sebagian bentuk lainnya itu halal.” (Edi Akhiles, 2014).

Bekasi, 13 Juli 2015

1 komentar: