Sahabatku, Pernahkah kalian makan
di restoran? Dengan berbagai menu masakan yang ada.. Dengan berbagai hidangan
lezat yang tersedia.. Hmm seakan” membuat lidah kita bergoyang dan menari” di
rongga mulut kita :D
Sekali lagi, pernahkah kalian
berfikir siapa yang memasak ini semua? Masakan selezat itu hanya bisa dimasak
oleh seorang koki yang handal, atau bahasa lainnya yaitu Cheff.
Kalau kita lihat di tv, mungkin
kita sering melihat acara-acara tentang lomba memasak, dimana sesama Cheff saling bertempur dalam hal memasak
untuk mempertahankan gelar yang dimilikinya. Betapa hebat dan semangatnya
mereka dalam lomba memasak tersebut seakan-akan itu adalah lomba yang
mempertaruhkan segalanya bagi mereka.
Salah satu hal terpenting dari
seorang Cheff yaitu masalah Rasa. Cheff yang handal adalah seseorang yang
mampu merasakan rasa dari masakan yang dibuatnya. Pahit, Manis, Asam, Asin,
Gurih, bahkan sampai masakan yang tidak berasa, ia harus mampu merasakannya.
Karena itulah seorang Cheff harus
memiliki lidah dan intuisi yang tajam.
Begitupun dalam hal kehidupan.
Betapa seorang manusia harus mampu merasakan ‘rasa’ yang dialaminya dalam hidup
ini. Susah, senang, sedih, bahagia, gembira, suka, duka, tangis, tawa, canda
gurau, dan lain sebagainya. Dalam hal ini manajemen Qalbu adalah hal yang
penting untuk dimilikinya.
Manajemen Qalbu berbicara tentang
bagaimana kita mengatur hati, mengendalikan jiwa, keinginan, fikiran, jiwa, dan
raga kita agar tidak keluar dari jalur yang seharusnya. Dimana jalur yang
sebenar-benarnya jalur adalah jalur untuk bertakwa kepada Allah SWT. Sebagai
manusia yang baik, tentulah kita harus mengerti benar tentang konsep manajemen
Qalbu ini.
Jika kita berkaca terhadap teori
pendidikan, konsep manajemen Qalbu ini mulai dapat dibangun semenjak remaja ke
atas. Usia inilah yang wajib kita waspadai karena akan banyak godaan terhadap
kaum remaja, baik ikhwan maupun akhwat, salah satunya adalah untuk berhubungan
di luar pertemanan, atau istilah lainnya pacaran.
Secara estimologis, Islam tidak
pernah mengajarkan untuk pacaran, kecuali pacaran setelah menikah. Karena
walaupun banyak orang berpendapat pacaran itu bermanfaat, akan tetapi jika kita
tinjau ulang kembali, sebenarnya pacaran pun masih lebih banyak mudaharatnya ketimbang manfaatnya.
Termasuk saya sendiripun hampir saja terjebak kembali dalam jerat setan ini
-_-"
Untuk itu, mari kita sama-sama
menjaga diri, dan semoga kita tetap dalam lindungan-Nya, untuk senantiasa
memegang teguh prinsip ‘tidak berpacaran sebelum menikah’. Mari kita sama-sama
nikmati semua rasa yang ada dengan belajar menjadi seorang Cheff Kehidupan, dan selanjutnya bersabarlah, karena Allah menyukai
orang-orang yang bersabar :-)
Insya Allah, Allah akan
mempertemukan kita dengan jodoh kita masing-masing di saat yang tepat, di
tempat yang tepat, dan kondisi yang tepat, yaitu ketika kita memang telah siap
dan telah sanggup untuk mengemban amanah tersebut. Aamiin Yaa Rabbal Alamin.
Allahu ‘alam bisshawab.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar