Malam ini adalah
salah satu malam yang berharga bagiku. Betapa tidak? Berkumpul , Berbagi, dan
Bertemu dengan anak-anak Jalanan Pesantren Kolong Nurul Hayat, itulah kegiatan
yang hari ini kulakukan. Ya, acara ini diselenggarakan oleh Departemen Sosial
Politik BEM Himatika ‘Identika’ UPI. Bertemakan “Peduli dan Berbagi di Bulan yang Suci”,
acara ini mengajak para pesertanya untuk berbaur dan merasakan indahnya
kebersamaan dengan anak-anak jalanan.
Bagi kita, para
mahasiswa, mungkin mengamen adalah salah satu hal yang paling dihindari, baik
ketika Danus kegiatan, ataupun hal lainnya, karena selain dilarang, kegiatan
ini hanya menghasilkan beberapa uang recehan dan tidak menentu pendapatannya.
Akan tetapi, bagi mereka anak-anak jalanan, mengamen adalah rutinitas sehari-hari
yang sangat wajib untuk dilakukan. Kenapa? Karena satu hari saja mereka tidak
mengamen, artinya satu hari itu juga mereka tidak bisa makan.
Sekarang kita
bandingkan keadaan mereka dengan keadaan kita. Bagi kita yang anak rumahan,
sehari-hari makanan sudah tersedia di meja makan dan kita tinggal menyantapnya.
Bagi kita yang anak kosan, kiriman hadir setiap saat dan dimana-mana rumah
makan tersedia untuk membeli makan malam yang lezat. Sedang bagi mereka, untuk
makan sehari-hari saja rasanya sudah sangat menguntungkan. Apakah kita tidak
menyadari itu?
Di Al-Qur’an surat
Ar-Rahman Allah menerangkan berkali”.. Maka
Nikmat Tuhanmu yang Manakah yang Kamu dustakan? Sudahkah kita bersyukur
hari ini diberi kehidupan seperti ini? Kita dapat bersekolah, berkuliah, hidup,
makan, dan sebagainya.. Itu semua tidak lain dan tidak bukan karena Allah, Sob!
Sadarilah itu, dan mari kita bertahmid untuk untuk mensyukuri itu semua.. Alhamdulillahi Rabbil ‘Alamin..
Ini adalah kisah
salah satu anak di sana. Sebut saja namanya Asep. Saat ini ia tidak bersekolah.
Umurnya sekitar 13 tahun. Jika di ibaratkan dengan anak seusianya, mungkin saat
ini dia sedang duduk di bangku kelas VIII SMP. Pertama kali bertemu dengannya,
terlihat ia sangat ceria. Dengan sangat bersemangat ia melantunkan nada-nada
indah dari gitar yang dipegangnya. Berbagai lagu kita nyanyikan bersama-sama
dengannya. Tak ada tanda-tanda kesedihan sedikitpun dari dirinya dengan keadaan
yang ia rasakan saat ini.
Kenyataan itu baru
terungkap dari Ustad Abdul Hadi selepas kita berbuka puasa bersama. Apa mau
dikata, ternyata dibalik senyum polosnya itu, ia menyimpan satu kisah
menyedihkan. Ternyata, saat ini ia sudah yatim piatu. Ibunya telah lama pergi
meninggalkannya, sedang Ayahnya yang sudah tua, berumur sekitar 73 tahun, hidup
sendirian menghidupinya selama bertahun-tahun. Dengan penuh kasih sayang,
beliau mendidik Asep untuk menjadi anak yang budiman. Apa mau dikata, takdir
sudah datang, 5 hari yang lalu malaikat maut menjemput Ayahnya ketika Asep
sedang mengamen di jalanan. Kebetulan saat itu ia sedang tidur di mess para anak jalanan. Setibanya di
rumah tiba” saja ia menemukan keadaan rumahnya sepi. Ia mencari-cari Ayahnya,
akan tetapi tidak diketemukan. Alhasil, kata para tetangganya, ternyata Ayah
Asep sudah meninggal dunia dan dikuburkan di suatu tempat. Sayangnya, tidak ada
yang tahu dimana kuburan Ayahnya sekarang.. Innalillahi
wa Innailaihi Raji’un..
Teman” sekalian,
mari kita renungkan bersama-sama. Si kecil Asep baru berumur 13 tahun saat ini
dan ternyata ujian hidup yang menimpanya sudah seperti itu. Bila kita ingat
keadaan kita saat ini, dimana kedua orang tua kita masih hidup, ketika kita
kangen tinggal kita temui mereka, kita datangi kediamannya, kita telpon dan
bicara dengan mereka, sedang anak-anak seperti Asep, kemanakah mereka harus
mengadu? Kemanakah mereka harus berbagi keluh kesahnya? Dan kemanakah mereka
harus bergantung? Beruntunglah orang-orang yang diberikan umur panjang dan
masih bisa bertemu dengan kedua orang tuanya..
Yuk, sahabatku
sekalian.. Sama” kita ingat kembali pengorbanan orang tua kita.. Kita ingat
kembali bagaimana mereka membesarkan kita.. Dan kita ingat kembali apa saja
yang telah kita lakukan untuk mereka.. Sudahkah kita memberikan yang terbaik
untuk mereka?
Buat yang masih
sekolah, berikanlah prestasi terbaikmu untuk mereka.. Buat yang berkuliah dan
jauh dari rumah, jagalah kepercayaan mereka kepadamu.. Jangan pernah sia”kan
kuliahmu di sana.. Berikanlah yang terbaik yang bisa engkau berikan.. Dan untuk
yang sudah berkeluarga, curahkanlah perhatianmu selain ke istri dan suamimu,
tapi juga ke keluargamu.. Keluarga yang telah membesarkanmu selama ini, yang
telah membuatmu seperti sekarang ini.. Datanglah ke hadapan mereka, peluk
mereka, cium kedua pipinya, cium keningnya, dan katakan “Aku Sayang Mamah..”,
“Aku Sayang Papah..”
Semoga Allah
membalas kebaikan dari kedua orang tua kita tercinta.. Aamiin Yaa Rabbal Alamin..
[Bumi Siliwangi, 28 Juli 2013]
Untuk kedua orang
tuaku tersayang..
Papah Arief, dan
Mamah Lia..
Di Rumah
Tercinta...
I Love You Mom.. I
Love You Dad.. :-)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar