Minggu, 28 Juli 2013

Dia Masih 13 Tahun, Sob!

Bismillahirrahmanirrahim..

Malam ini adalah salah satu malam yang berharga bagiku. Betapa tidak? Berkumpul , Berbagi, dan Bertemu dengan anak-anak Jalanan Pesantren Kolong Nurul Hayat, itulah kegiatan yang hari ini kulakukan. Ya, acara ini diselenggarakan oleh Departemen Sosial Politik BEM Himatika ‘Identika’ UPI. Bertemakan “Peduli dan Berbagi di Bulan yang Suci”, acara ini mengajak para pesertanya untuk berbaur dan merasakan indahnya kebersamaan dengan anak-anak jalanan.

Bagi kita, para mahasiswa, mungkin mengamen adalah salah satu hal yang paling dihindari, baik ketika Danus kegiatan, ataupun hal lainnya, karena selain dilarang, kegiatan ini hanya menghasilkan beberapa uang recehan dan tidak menentu pendapatannya. Akan tetapi, bagi mereka anak-anak jalanan, mengamen adalah rutinitas sehari-hari yang sangat wajib untuk dilakukan. Kenapa? Karena satu hari saja mereka tidak mengamen, artinya satu hari itu juga mereka tidak bisa makan.

Sekarang kita bandingkan keadaan mereka dengan keadaan kita. Bagi kita yang anak rumahan, sehari-hari makanan sudah tersedia di meja makan dan kita tinggal menyantapnya. Bagi kita yang anak kosan, kiriman hadir setiap saat dan dimana-mana rumah makan tersedia untuk membeli makan malam yang lezat. Sedang bagi mereka, untuk makan sehari-hari saja rasanya sudah sangat menguntungkan. Apakah kita tidak menyadari itu?

Di Al-Qur’an surat Ar-Rahman Allah menerangkan berkali”.. Maka Nikmat Tuhanmu yang Manakah yang Kamu dustakan? Sudahkah kita bersyukur hari ini diberi kehidupan seperti ini? Kita dapat bersekolah, berkuliah, hidup, makan, dan sebagainya.. Itu semua tidak lain dan tidak bukan karena Allah, Sob! Sadarilah itu, dan mari kita bertahmid untuk untuk mensyukuri itu semua.. Alhamdulillahi Rabbil ‘Alamin..

Ini adalah kisah salah satu anak di sana. Sebut saja namanya Asep. Saat ini ia tidak bersekolah. Umurnya sekitar 13 tahun. Jika di ibaratkan dengan anak seusianya, mungkin saat ini dia sedang duduk di bangku kelas VIII SMP. Pertama kali bertemu dengannya, terlihat ia sangat ceria. Dengan sangat bersemangat ia melantunkan nada-nada indah dari gitar yang dipegangnya. Berbagai lagu kita nyanyikan bersama-sama dengannya. Tak ada tanda-tanda kesedihan sedikitpun dari dirinya dengan keadaan yang ia rasakan saat ini.

Kenyataan itu baru terungkap dari Ustad Abdul Hadi selepas kita berbuka puasa bersama. Apa mau dikata, ternyata dibalik senyum polosnya itu, ia menyimpan satu kisah menyedihkan. Ternyata, saat ini ia sudah yatim piatu. Ibunya telah lama pergi meninggalkannya, sedang Ayahnya yang sudah tua, berumur sekitar 73 tahun, hidup sendirian menghidupinya selama bertahun-tahun. Dengan penuh kasih sayang, beliau mendidik Asep untuk menjadi anak yang budiman. Apa mau dikata, takdir sudah datang, 5 hari yang lalu malaikat maut menjemput Ayahnya ketika Asep sedang mengamen di jalanan. Kebetulan saat itu ia sedang tidur di mess para anak jalanan. Setibanya di rumah tiba” saja ia menemukan keadaan rumahnya sepi. Ia mencari-cari Ayahnya, akan tetapi tidak diketemukan. Alhasil, kata para tetangganya, ternyata Ayah Asep sudah meninggal dunia dan dikuburkan di suatu tempat. Sayangnya, tidak ada yang tahu dimana kuburan Ayahnya sekarang.. Innalillahi wa Innailaihi Raji’un..

Teman” sekalian, mari kita renungkan bersama-sama. Si kecil Asep baru berumur 13 tahun saat ini dan ternyata ujian hidup yang menimpanya sudah seperti itu. Bila kita ingat keadaan kita saat ini, dimana kedua orang tua kita masih hidup, ketika kita kangen tinggal kita temui mereka, kita datangi kediamannya, kita telpon dan bicara dengan mereka, sedang anak-anak seperti Asep, kemanakah mereka harus mengadu? Kemanakah mereka harus berbagi keluh kesahnya? Dan kemanakah mereka harus bergantung? Beruntunglah orang-orang yang diberikan umur panjang dan masih bisa bertemu dengan kedua orang tuanya..

Yuk, sahabatku sekalian.. Sama” kita ingat kembali pengorbanan orang tua kita.. Kita ingat kembali bagaimana mereka membesarkan kita.. Dan kita ingat kembali apa saja yang telah kita lakukan untuk mereka.. Sudahkah kita memberikan yang terbaik untuk mereka?

Buat yang masih sekolah, berikanlah prestasi terbaikmu untuk mereka.. Buat yang berkuliah dan jauh dari rumah, jagalah kepercayaan mereka kepadamu.. Jangan pernah sia”kan kuliahmu di sana.. Berikanlah yang terbaik yang bisa engkau berikan.. Dan untuk yang sudah berkeluarga, curahkanlah perhatianmu selain ke istri dan suamimu, tapi juga ke keluargamu.. Keluarga yang telah membesarkanmu selama ini, yang telah membuatmu seperti sekarang ini.. Datanglah ke hadapan mereka, peluk mereka, cium kedua pipinya, cium keningnya, dan katakan “Aku Sayang Mamah..”, “Aku Sayang Papah..”

Semoga Allah membalas kebaikan dari kedua orang tua kita tercinta.. Aamiin Yaa Rabbal Alamin..

[Bumi Siliwangi, 28 Juli 2013]

Untuk kedua orang tuaku tersayang..
Papah Arief, dan Mamah Lia..
Di Rumah Tercinta...
I Love You Mom.. I Love You Dad.. :-)


Tidak ada komentar:

Posting Komentar