Beberapa hari yang lalu, tepatnya
di masjid Al-Furqon Universitas Pendidikan Indonesia, kami kedatangan tamu yang
super luar biasa. Beliau adalah ketua MUI Kota Bandung, Pak Ustad Miftah Farid.
Sengaja beliau menyempatkan datang ke tempat kediaman kami ini untuk berbagi
ilmu dan pengalaman, khususnya dalam memperingati peringatan Nuzulul Qur’an
atau Hari Turunnya Al-Qur’an ke dunia ini.
Bukan foto pas hari-H |
Setiap orang pasti tahu, bahwa
wahyu pertama yang diturunkan Allah SWT adalah Surat Al-Alaq ayat 1-5. Salah
satunya berbunyi : ‘Iqra! Bismirabbikalladzii kholaq!” yang artinya kurang
lebih : “Bacalah! Dengan menyebut nama Tuhanmu yang menciptakan.”
Ketika itu, Nabi Muhammad SAW
bingung. Malaikat Jibril mendatangi Nabi dan berkata ‘Iqra!’ atau Bacalah. Ia kebingungan. Apa yang harus dibaca? Pikirnya dalam
hati. ‘Iqra!!’ Ucap malaikat Jibril untuk kedua kalinya. Nabi Muhammad
kebingungan kembali dan tanpa sadar meneteslah air mata beliau.. Aku tidak mengerti apa yang harus kubaca! Sesalnya
dalam hati. Dan untuk yang ketiga kalinya Malaikat Jibril mengucapkan ‘Iqra
Bismirabbikalladzii Kholaq!’. Itulah wahyu pertama yang disampaikan kepada Nabi
Muhammad SAW melalui perantara malaikat Jibril,
Dalam surat ini terkandung makna
‘Iqra!’ yang artinya ‘Bacalah!’. Baca di sini dalam artian bukan hanya sekedar
membaca tulisan, membaca hasil karya seseorang, tapi lebih jauh dari itu, kita
harus bisa membaca keadaan, membaca situasi, membaca hati seseorang, hingga
membaca hikmah di balik suatu kejadian yang kita miliki. Itulah Iqra yang di
inginkan oleh Allah SWT.
Adapun wahyu yang kedua, Allah
memerintahkan dalam surat Al-Qolam, Tulislah! Artinya apa? Segala sesuatu yang
kita dapatkan, baik itu ilmu, pengalaman, ataupun hal yang lainnya, wajib kita
tuliskan! Dimana? Di segala media yang bisa kita temui! Baik itu berupa buku
catatan, notes, blog, hingga di tulis
di alam bawah sadar kita, pikiran, hati, dan sebagainya. Untuk apa? Karena kita
wajib untuk menyebarkan ilmu yang kita miliki. Ingatkah bahwa salah satu dari
tiga perkara yang amalnya tidak terputus adalah ‘Ilmu yang Bermanfaat’. Begitu
banyak kelebihan dari ilmu, dan sayang sekali jika kita pergunakan untuk
sesuatu yang sia-sia.
Terlebih lagi bagi kita para
calon guru, khususnya saya sendiri juga, jika diperhatikan tanggung jawab
seorang guru itu cukup berat, lho. Bayangkan,
ketika seorang dokter salah memberikan resep kepada pasiennya, maka yang
menderita hanya si pasien saja, dalam artian hanya satu orang saja yang menjadi
korban. Akan tetapi, jika guru salah memberikan ilmu kepada peserta didiknya,
maka berapa banyak yang akan menjadi korban? Andaikan guru tersebut mengajar di
tiga kelas, dengan siswa masing” kelas sebanyak 40 orang, berarti sudah 120
orang yang menjadi korban. Belum lagi jika 120 orang ini sudah beranjak dewasa,
menjadi guru juga, atau seminimalnya mengajarkan ilmunya yang salah kepada
orang lain, maka berapa banyak orang yang salah sekarang? Bisa-bisa tidak
terhitung lagi jumlahnya.. Ckck
Karena itulah, patut kita sadari
bahwa sangat penting sekali untuk mendidik generasi muda pada jaman sekarang
ini. Terutama karena mereka adalah penerus bangsa kita. Siapa lagi yang akan
meneruskan estafet kepemimpinan kalau bukan para anak muda? Jikalau seorang
pejabat sekarang menjadi seorang koruptor, jangan sepenuhnya menyalahkan orang
tua yang membesarkannya! Tapi bisa jadi, karena gurunya yang salah mengajarkan
nilai-nilai akhlak, moral, dan agama lah yang menyebabkannya menjadi seperti
itu.
Semoga kita diberikan
perlindungan dari Allah SWT untuk mengajarkan ajaran-ajaran yang memang
sepatutnya dan tidak keluar dari aturan-aturan agama yang berlaku. Aamiin Yaa Rabbal ‘Alamin..
Allahu’alam Bisshawab.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar