Jumat, 24 Oktober 2014

Membangun Peradaban Melalui Masjid


Suasana Kajian ITB Berwawasan, Rabu (22/10) di Selasar CC ITB Bandung.


Bandung, Salman Media.

“Masjid adalah tempat kaum muslim menjalankan kegiatan dan ibadahnya. Di masjid kaum muslimin berkumpul, berdiskusi, dan belajar berbagai hal. Dari masjid inilah setiap peradaban besar di dunia dimulai.” Begitulah ucapan Prof. Dr. Ir. Suwarno dalam kajian ITB Berwawasan, Rabu (22/10), bertempat di CC Barat ITB Bandung.

 Acara yang bertajuk “Membangun Peradaban Melalui Masjid” ini memiliki dua kata kunci, yaitu Peradaban dan Masjid. Peradaban dalam KBBI berarti kemajuan (kecerdasan, kebudayaan) lahir dan batin yang dicapai manusia. Peradaban ditandai dengan perkembangan benda-benda (zaman batu => zaman perunggu => zaman besi, dst), peningkatan dalam seni dan ilmu pengetahuan. Suatu peradaban memiliki ciri adanya dokumentasi yang baik, artinya setiap catatan, tulisan, monumen, patung, dan jejak-jejak sejarah lainnya terawat dan terabadikan sebagaimana mestinya.

Pusat suatu peradaban adalah tempat dimana terdapat kebudayaan khusus, baik berupa cara hidup, agama, IPTEK, social habit, seni, dll. Membangun peradaban berarti membangun komponen-komponen peradaban terutama budaya. Perlu diperhatikan bahwa kebudayaan dari peradaban Barat tidak dapat disamakan dengan kebudayaan dari peradaban Timur. Salah satu ciri dari peradaban Barat adalah seni pembuatan patung, sementara di Timur memiliki bangunan khusus berupa Masjid.

Seperti diungkapkan sebelumnya, masjid merupakan tempat muslim beribadah dan juga pusat dakwah Islam. Dalam sejarah, ajaran Rasul dan perkembangan Islam semuanya bermula dari Masjid. Amanah dari rasullah Saw. hendaknya kita senantiasa memakmurkan masjid kapanpun dan dimanapun kita berada. Allah pun menegaskan kembali dalam Q.S. At-Taubah:18 yang artinya, “Sesungguhnya yang memakmurkan masjid Allah hanyalah orang-orang yang beriman kepada Allah dan hari kemudian, serta (tetap) melaksanakan salat, menunaikan zakat dan tidak takut (kepada apa pun) kecuali kepada Allah. Maka mudah-mudahan mereka termasuk orang-orang yang mendapat petunjuk.”

Selain konsep orang-orang yang memakmurkan masjid, Prof. Suwarno yang merupakan Ketua Bidang Dakwah Salman ITB juga menambahkan 10 Aktivitas Utama Masjid, yaitu: 1) Sebagai tempat ibadah (shalat, dzikir, dsb); 2) Tempat konsultasi dan komunikasi; 3) tempat pendidikan (ta’lim, ceramah, pengajian, transfer pengetahuan, pendidikan akhlak dan moral, pendidikan akademik, dll); 4) Tempat santunan sosial; 5) Tempat penyusunan strategi dan militer; 6) Tempat pengobatan perang; 7) Tempat perdamaian dan pengadilan sengketa; 8) Aula dan tempat penerimaan tamu kehormatan; 9) Tempat menawan tahanan perang (dengan harapan mendapat hidayah lalu dibebaskan); dan 10) Pusat penerangan dan penyebaran agama.

Dari berbagai sejarah dan aktivitas yang dilaksanakan di masjid, dapat kita simpulkan bahwa suatu peradaban memang hakikatnya dibangun melalui masjid. Masjid merupakan sumber ilmu pengetahuan dan tempat berdakwah sehingga hal ini akan relevan sampai kapanpun. Yang perlu menjadi catatan dan bagian fundamentalnya adalah, “Bagaimana kita sebagai muslim dapat menerapkan nilai-nilai keislaman dalam berbagai aspek.” ungkap dosen STEI ITB Bandung tersebut. Inilah PR dan tugas kita sebagai para pemuda untuk senantiasa memakmurkan masjid, khususnya para ikhwan sebagaimana hadits rasulullah yang mewajibkan laki-laki untuk shalat di masjid. Di mulai dari masjid, marilah kita bersama-sama membangun peradaban Islam yang gemilang dan cemerlang. Insya Allah.

Kajian ITB Berwawasan ini merupakan salah satu program kerja bidang Syiar Event Keluarga Mahasiswa Islam (GAMAIS) ITB untuk memberikan wawasan keislaman setiap minggunya kepada muslim ITB. "Seperti hadits rasul, walaupun acara kita kecil dan sederhana tapi apabila dilakukan secara konsisten mudah-mudahan dapat memberikan makna yang mendalam bagi para pesertanya." Harap Faisal, ketua bidang Syiar Event GAMAIS ITB 2014. (M. Ginanjar Eka Arli)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar