Sabtu, 06 Juni 2015

Menilik Sejarah Melalui Buku

Ir. Soekarno pernah berkata, "Jangan sekali-kali melupakan sejarah." Ucapan presiden pertama Republik Indonesia itu sangatlah berkesan dan menjadi prinsip utama bagi para sejarawan. Namun, pada kenyataannya, tidak semua orang senang mempelajari sejarah. Bahkan orang berkelit dengan pernyataan, "Masa lalu biarlah berlalu. Yang terpenting kita dapat menatap maju dan melangkah ke depan." Pernyataan ini tidak sepenuhnya salah, tapi juga tidak bisa dibilang benar.

Untuk mengantisipasi hal tersebut, tentu perlu adanya suatu inovasi pembelajaran sejarah agar dapat menarik bagi pembaca. Salah satu metode yang digunakan yaitu melalu pengemasannya dalam bentuk buku dengan kategori fiksi. Fiksi sejarah, begitulah Habiburrahman El Shirazy menyebut buku terbarunya, Api Tauhid, dalam bedah buku yang diselenggarakan di Landmark, Braga, Bandung, Sabtu 6 Juni 2015.

Suasana bedah buku "Api Tauhid" bersama Habiburrahman El Shirazy di Landmark, Braga. (6/6)

Buku Api Tauhid memang salah satu terobosan baru bagi penulis yang dinobatkan sebagai novelis no.1 Indonesia ini. Setelah sebelum-sebelumnya membuat buku yang bertajuk Cinta, seperti "Ayat-Ayat Cinta", "Ketika Cinta Bertasbih", dan "Bumi Cinta", Pria yang dikenal dengan sebutan kang Abik ini sekarang mencoba membuat novel sejarah yang mengangkat peristiwa di balik tokoh berpengaruh dan penuh "keajaiban", Sang Mujaddid Badiuzzaman Said Nursi. Buku ini diramu dengan bahasa yang ringan dalam balutan cinta dan penuh perdamaian, bukan pertentangan dan permusuhan. Selain itu, dalam novel ini juga terdapat kisah cinta berbalut kesucian yang juga menjadi salah satu daya tariknya.

"Saya membuat buku ini dengan beberapa tujuan. Diantaranya agar masyarakat sadar akan sejarah. Dengan sadar sejarah, mudah-mudahan kita dapat mengambil hikmahnya dan kejadian di Turki dahulu tidak terulang kembali. Selain itu, saya juga ingin menyajikan kisah hidup Said Nursi yang sangat inspiratif. Tujuannya satu, Grand Desain dari buku ini, dan juga buku-buku saya sebelumnya, yaitu mengajak pembaca agar menjadi Khoiru Ummah: sebaik-baiknya umat rasulullah Saw.," ujar penulis best Seller "Cinta Suci Zahrana" itu.

Di akhir acara bedah buku, kang Abik sempat berpesan:

Semua orang bisa belajar, tapi tidak semuanya bisa paham.
Sebagian orang bisa paham, tapi tidak semuanya yang bisa menulis.
Maka menulislah! Jadilah seorang penulis untuk menginspirasi orang lain.
(Habiburrahman El Shirazy - Bandung, Juni 2015)

Setelah acara bedah buku tersebut, kang Abik membuka kesempatan bagi para penggemarnya untuk meet & great, signing book, serta berfoto bersama beliau di stand Republika. Dilanjutkan pada malam harinya pukul 19.30 - 20.30, beliau berbagi inspirasi melalui salah satu program di stasiun radio MQ FM: 102,7 FM. Semoga kita pun bisa mengambil hikmah dan pembelajaran dari kisah yang disampaikan kang Abik. Aamiin. (M. Ginanjar Eka Arli)

Habiburrahman El Shirazy (Kiri), M. Ginanjar Eka Arli (Kanan)

2 komentar:

  1. hanjakalnya dateng telat kang.. tapi dari baca biorgafinya juga udah langsung terinspirasi dari beliau yang sangat produktif nulis..

    BalasHapus
  2. Huhu iya gpp mi.. Aku juga dateng telat da, tapi insya Allah tetap bisa dapet inti utama dari pemaparan beliau :)

    Aslinya, beliau memang produktif banget. Dan katanya Agustus ini mau keluar buku barunya.. Ayat-ayat cinta 2 ceunah,. Hehe :)

    Mangga diantos tah kisah baru dari akhina Fakhri :D

    BalasHapus