Rabu, 10 Juni 2015

Meraih Keberkahan dalam Hujan Safir

RESENSI BUKU "HUJAN SAFIR"
Oleh : M. Ginanjar Eka Arli

Judul Buku       : Hujan Safir

Penulis             : Meyda Sefira

Tahun Terbit    : Februari, 2014

Tebal Buku       : xvi + 188 halaman

Penerbit           : McM Publishing

Harga               : Rp. 79.000,-

Selalu ada kisah dibalik sebuah peristiwa, baik kisah suka maupun duka. Kedua peristiwa tersebut diramu oleh sang Maha Pengatur dengan skenario-Nya hingga menghasilkan sebuah kenyataan yang kita alami saat ini. Begitulah jua yang dialami oleh salah satu makhluk-Nya yang bernama Meyda Sefira. Berbagai peristiwa dan skenario-Nya telah ia jalani sampai menjadi Meyda yang kita kenal hari ini. Dan segala kisah perjalanan hidupnya tersebut kini tertuang dalam buku autobiografinya yang bertajuk: "Hujan Safir."

Sebelumnya mari kita berkenalan dulu dengan wanita kelahiran Bandung ini. Meyda Sefira merupakan putri ketiga dari lima bersaudara yang dilahirkan oleh pasangan Ir. H. Irvin Murad dan Hj. Annie Maryani pada tanggal 20 Mei 1988. Semasa kecil, Meyda pernah tinggal di Ambon dan Surabaya, hingga akhirnya menetap kembali di Bumi Parahiyangan, Bandung. Meyda kecil merupakan salah satu anak yang pendiam. Dari kisah-kisahnya yang tertuang di awal buku ini, menggambarkan betapa penurut dan menggemaskannya Meyda ketika itu.

Semasa remaja sampai dewasa, Meyda mendapatkan banyak pembelajaran dalam nilai-nilai kehidupan dari Ibunya. Diantaranya, "Jika ingin mudah dikenal, jadilah pribadi yang unik."; "Dimanapun kamu sekolah, jadilah yang terbaik!"; dan lain sebagainya. Pembelajaran-pembelajaran tersebut disampaikan secara lugas dan renyah dalam buku ini. Pun dengan pembelajaran Meyda untuk menjadi pribadi yang mandiri dengan bekerja part time dan lainnya, sungguh sangat menginspirasi dan menggugah hati pembacanya.

Titik tolak kehidupan Meyda terletak pada saat ia mulai berhijab. Keinginan yang kuat dengan didasari niat yang tulus tersebut mengantarkan Meyda ke puncak kesuksesannya yakni menjadi bintang dalam Mega Film "Ketika Cinta Bertasbih." Ya, Meyda terpilih sebagai tokoh Ayatul Husna, bersama dengan teman-temannya yang lain yakni: Cholidi Asadil Alam (Khairul Azzam), Oki Setiana Dewi (Anna Althafunnia), Alice Sofie Norin (Eliana), dan Andi Arsyil Rahman (Furqon). Mereka berlima terpilih menjadi pemeran utama film yang diangkat dari novel best seller karya novelis no.1 Indonesia, Habiburrahman El Shirazy. Proses audisi dan karantina Meyda dalam buku ini diceritakan dengan sangat menarik. Hal-hal yang umumnya tidak kita ketahui, semuanya diungkapkan Meyda secara mendetail. Saya sarankan untuk membaca langsung agar tidak ada poin-poin yang terlewatkan :)

Tidak hanya berhenti disana, jalan mulus Meyda selanjutnya kembali terbentang. Setelah film KCB selesai, kembali Meyda ditawari menjadi pemeran dalam film-film layar lebar lainnya. Mulai dari "Dalam Mihrab Cinta", "Cinta Suci Zahrana", hingga beberapa sinetron dan serial televisi lainnya. Banyak hikmah yang bisa kita petik dari kisah tersebut. Salah satunya bahwa kerja keras yang kita lakukan hari ini insya Allah akan berbuah manis di hari yang akan datang.

Satu pelajaran moral yang juga dapat kita ambil dari buku ini yaitu bahwa di setiap peristiwa sesungguhnya selalu ada hujan, baik itu "hujan rahmat" maupun "hujan musibah. Bahkan sesungguhnya dalam hujan musibah atau ujian pun sebenarnya terkandung rahmat di dalamnya. Dengan ujian, kita akan semakin introspeksi diri. Dengan musibah, kita akan semakin dekat dengan Allah. Tidak ada tempat berlindung dan meminta selain Allah Swt. Allahu ash-shamad.

Lembar-lembar peristiwa dalam buku ini diberi judul "Hujan Safir" yang bermakna "Hujan" adalah rahmat, sedangkan "Safir" adalah filosofi dari keindahan. Jadikanlah hidup ini berkepribadian penuh rahmat dan indah bagi sekitar. Dalam istilah agama, rahmatan lil 'alamin. Itulah pesan utama yang ingin disampaikan oleh Meyda. Semoga Allah merahmati kita semua. Aamiin ya rabbal alamin.

Bumi Siliwangi, 10 Juni 2015.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar