Prof. Dr. H. Jusuf Amir Feisal, S,Pd. |
Bandung, Salman
Media.
Setiap
manusia pastilah akan meninggal, tidak terkecuali para aktivis dakwah. Selasa
lalu (14/10) kita mendapati berita duka dari kampus pendidikan. Pasalnya, kita
kehilangan seorang aktivis di dunia pendidikan, keislaman, dan politik. Beliau
adalah Prof. Dr. H. Jusuf Amir Feisal, S.Pd., seorang guru besar FKSS (Fakultas
Keguruan Seni dan Sastra) IKIP Bandung atau yang kita kenal saat ini dengan
sebutan UPI.
Dalam
bidang pendidikan, kiprah beliau banyak berpusat di kampus pendidikan. Selepas
menyelesaikan study-nya di FKIP
Unpad, Pak Jusuf lalu mengabdikan dirinya sebagai dosen bahasa Inggris di FKSS
IKIP Bandung. Sembari melanjutkan pendidikannya,
pria asal Tasikmalaya ini tetap mengajar dan meneruskan karirnya di IKIP dengan
menjadi Pembantu Dekan Bidang Kemahasiswaan dan Akademik, Direktur Balai Bahasa
Bandung, Dekan FKSS, Pembantu Rektor III, hingga Guru Besar FKSS IKIP Bandung.
Atas pengabdiannya tersebut, beliau mendapatkan tiga buah penghargaan yaitu
Satyalancana Karya Satya dari Presiden RI (1983), Karya Bhakti Satya dari
Rektor IKIP Bandung (1985), dan Purna Bhakti dari Rektor UPI (2002).
Di
bidang keislaman, beliau menjalani aktivitasnya sebagai narasumber dan khatib
di Masjid Salman ITB. Kepeduliannya terhadap dunia Islam membuat beliau bersama
rekan-rekannya berinisiatif untuk membuat Lembaga Pengkajian Islam (LPI) yang
berada di bawah naungan YPM Salman ITB. Pendirian LPI ini diharapkan bisa
menjadi Agent of Insemination and
Dissemination diantara lembaga-lembaga dakwah yang ada saat itu. Alhamdulillah, respon terharap
keberadaan LPI sangat bagus pada awal tahun 80-an. Terbukti dengan adanya
partisipasi yang aktif dari berbagai daerah ketika diadakan pembahasan aneka
program LPI.
Salah
satu rekan beliau ketika menjabat menjadi direktur LPI adalah Mas Fatchul Umam.
Lulusan S-1 Fisika ITB ini berpendapat bahwa salah satu kegiatan LPI yang cukup
fenomenal saat itu adalah kegiatan seminar “Penelitian Sistem Ekonomi Islam,
Mei 1983’. Seminar tersebut dilaksanakan melalui kerjasama dengan kampus
UNISBA. Acara ini merupakan kegiatan seminar ekonomi Islam yang paling besar
karena sebelumnya belum pernah ada kegiatan semacam ini kecuali hanya
seminar-seminar kecil saja. Dari seminar ini, kemudian agenda ekonomi Islam
yang berbasis syariah terus menggelinding, yang makin lama makin besar bak bola
salju.
Dari
aktivitas yang telah dijalaninya, eksistensi pak Jusuf mulai dirasakan oleh
berbagai pihak. Selain dikenal oleh para aktivis dakwah kampus di berbagai PTN,
aktivis senat mahasiswa ini juga mendapat perhatian khusus dari Mantan Perdana
Menteri Indonesia, bapak Dr. Hc. H. Mohammad Natsir. Melalui Natsir, pak Jusuf
sering didelegasikan untuk menghadiri pertemuan-pertemuan internasional tentang
Muslim Ummah. Dari kedekatannya dengan keluarga besar Masyumi tersebut, pak Jusuf
bersama dengan rekan-rekan lainnya akhirnya berinisiatif kembali untuk membuat
partai keislaman baru di Indonesia, yaitu Partai Bulan Bintang (PBB). Dari
lembaga ini, Pak Jusuf mulai terjun ke dunia politik secara formal hingga
menduduki kursi wakil ketua MPR RI tahun 1999 – 2004.
Pada dasarnya, beliau masih memiliki
cita – cita yang besar dalam hidupnya. Ketika pemakaman beliau, istri pak Jusuf
menyampaikan bahwa beliau bersemangat untuk mencapai umur 120 tahun. Hal ini
dikarenakan beliau ingin merealisasikan terwujudnya pesantren yang digagas
untuk dibangun di Punclut, daerah sekitar rumah kediamannya yang berukuran 7000
m2. Namun apa hendak dikata, penyakit yang beliau derita telah
memutus harapan beliau dan amanah tersebut sudah beliau limpahkan kepada putra
– putri tercintanya. Sekarang, pria yang menutup matanya di usia 80 tahun ini
disemayamkan di pemakaman bupati, Jln. Karanganyar, Bandung. Semoga Allah SWT
menerima amal perbuatan beliau di sisi-Nya. Aamiin.
(M. Ginanjar Eka Arli)
Innalillahi wa inna ilaihi rojiun... Selamat jalan Bapak, semoga amal ibadahnya diterima Allah SWT, dan cita-citanya dapat dilanjutkan oleh yang ditinggalkan.
BalasHapusBiografi yang luar biasa Kak.
Aamiin ya rabbal alamin.. Yupz, mudah-mudahan kita juga bisa seperti beliau ya yang bisa memperjuangkan hak-hak bagi kaum minoritas serta menjadi aktivis yang bermanfaat bagi nusa dan bangsa..
HapusKalo mau ditambahkan, dulu beliau juga sempat memperjuangkan hak-hak kaum wanita dalam hal gerakan jilbabisasi di kampus lho.. Jangan mau kalah dari beliau ya nelvi.. Semangaat! :D