Sabtu, 01 November 2014

Riwayat Prof. Jusuf Amir Feisal, Sang Inspirator Peradaban

Prof. Dr. H. Jusuf Amir Feisal, S,Pd.


Bandung, Salman Media.

            Setiap manusia pastilah akan meninggal, tidak terkecuali para aktivis dakwah. Selasa lalu (14/10) kita mendapati berita duka dari kampus pendidikan. Pasalnya, kita kehilangan seorang aktivis di dunia pendidikan, keislaman, dan politik. Beliau adalah Prof. Dr. H. Jusuf Amir Feisal, S.Pd., seorang guru besar FKSS (Fakultas Keguruan Seni dan Sastra) IKIP Bandung atau yang kita kenal saat ini dengan sebutan UPI.

            Dalam bidang pendidikan, kiprah beliau banyak berpusat di kampus pendidikan. Selepas menyelesaikan study-nya di FKIP Unpad, Pak Jusuf lalu mengabdikan dirinya sebagai dosen bahasa Inggris di FKSS IKIP Bandung.  Sembari melanjutkan pendidikannya, pria asal Tasikmalaya ini tetap mengajar dan meneruskan karirnya di IKIP dengan menjadi Pembantu Dekan Bidang Kemahasiswaan dan Akademik, Direktur Balai Bahasa Bandung, Dekan FKSS, Pembantu Rektor III, hingga Guru Besar FKSS IKIP Bandung. Atas pengabdiannya tersebut, beliau mendapatkan tiga buah penghargaan yaitu Satyalancana Karya Satya dari Presiden RI (1983), Karya Bhakti Satya dari Rektor IKIP Bandung (1985), dan Purna Bhakti dari Rektor UPI (2002).

            Di bidang keislaman, beliau menjalani aktivitasnya sebagai narasumber dan khatib di Masjid Salman ITB. Kepeduliannya terhadap dunia Islam membuat beliau bersama rekan-rekannya berinisiatif untuk membuat Lembaga Pengkajian Islam (LPI) yang berada di bawah naungan YPM Salman ITB. Pendirian LPI ini diharapkan bisa menjadi Agent of Insemination and Dissemination diantara lembaga-lembaga dakwah yang ada saat itu. Alhamdulillah, respon terharap keberadaan LPI sangat bagus pada awal tahun 80-an. Terbukti dengan adanya partisipasi yang aktif dari berbagai daerah ketika diadakan pembahasan aneka program LPI.

            Salah satu rekan beliau ketika menjabat menjadi direktur LPI adalah Mas Fatchul Umam. Lulusan S-1 Fisika ITB ini berpendapat bahwa salah satu kegiatan LPI yang cukup fenomenal saat itu adalah kegiatan seminar “Penelitian Sistem Ekonomi Islam, Mei 1983’. Seminar tersebut dilaksanakan melalui kerjasama dengan kampus UNISBA. Acara ini merupakan kegiatan seminar ekonomi Islam yang paling besar karena sebelumnya belum pernah ada kegiatan semacam ini kecuali hanya seminar-seminar kecil saja. Dari seminar ini, kemudian agenda ekonomi Islam yang berbasis syariah terus menggelinding, yang makin lama makin besar bak bola salju.

            Dari aktivitas yang telah dijalaninya, eksistensi pak Jusuf mulai dirasakan oleh berbagai pihak. Selain dikenal oleh para aktivis dakwah kampus di berbagai PTN, aktivis senat mahasiswa ini juga mendapat perhatian khusus dari Mantan Perdana Menteri Indonesia, bapak Dr. Hc. H. Mohammad Natsir. Melalui Natsir, pak Jusuf sering didelegasikan untuk menghadiri pertemuan-pertemuan internasional tentang Muslim Ummah. Dari kedekatannya dengan keluarga besar Masyumi tersebut, pak Jusuf bersama dengan rekan-rekan lainnya akhirnya berinisiatif kembali untuk membuat partai keislaman baru di Indonesia, yaitu Partai Bulan Bintang (PBB). Dari lembaga ini, Pak Jusuf mulai terjun ke dunia politik secara formal hingga menduduki kursi wakil ketua MPR RI tahun 1999 – 2004.

Pada dasarnya, beliau masih memiliki cita – cita yang besar dalam hidupnya. Ketika pemakaman beliau, istri pak Jusuf menyampaikan bahwa beliau bersemangat untuk mencapai umur 120 tahun. Hal ini dikarenakan beliau ingin merealisasikan terwujudnya pesantren yang digagas untuk dibangun di Punclut, daerah sekitar rumah kediamannya yang berukuran 7000 m2. Namun apa hendak dikata, penyakit yang beliau derita telah memutus harapan beliau dan amanah tersebut sudah beliau limpahkan kepada putra – putri tercintanya. Sekarang, pria yang menutup matanya di usia 80 tahun ini disemayamkan di pemakaman bupati, Jln. Karanganyar, Bandung. Semoga Allah SWT menerima amal perbuatan beliau di sisi-Nya. Aamiin. (M. Ginanjar Eka Arli)

2 komentar:

  1. Innalillahi wa inna ilaihi rojiun... Selamat jalan Bapak, semoga amal ibadahnya diterima Allah SWT, dan cita-citanya dapat dilanjutkan oleh yang ditinggalkan.
    Biografi yang luar biasa Kak.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Aamiin ya rabbal alamin.. Yupz, mudah-mudahan kita juga bisa seperti beliau ya yang bisa memperjuangkan hak-hak bagi kaum minoritas serta menjadi aktivis yang bermanfaat bagi nusa dan bangsa..

      Kalo mau ditambahkan, dulu beliau juga sempat memperjuangkan hak-hak kaum wanita dalam hal gerakan jilbabisasi di kampus lho.. Jangan mau kalah dari beliau ya nelvi.. Semangaat! :D

      Hapus